DUA KOTA, KERETA API, DAN SECARIK KERTAS
Diadaptasi dari kisah nyata “Kursi ini kosong?” Aku terhenyak menoleh kepada sang pemilik suara. Seorang gadis cantik berdiri di koridor gerbong, di samping bangku aku duduk. Aku tidak tahu apakah tempat di sampingku ini ada penumpangnya atau tidak. Yang pasti aku seorang diri, dan nomor kursiku di sisi jendela. Biasanya memang aku meminta nomor kursi di samping jendela. Bukan karena ingin menikmati pemandangan. Hanya saja aku tidak suka jika bahuku harus bersenggolan dengan semua orang yang lalu lalang di koridor kereta api. “Ya, kursi ini kosong,” begitu jawabku singkat, sambil melepaskan earphone iphone-ku. Kuputuskan saja kursi ini kosong, karena kereta api sudah melewati stasiun Jatinegara. Semua penumpang sudah duduk manis di kursinya masing-masing. Kecuali gadis ini. Ia tak banyak berkata setelah mendengar jawabanku. Ia segera duduk, sambil memangku tas kecilnya. Bukan ransel, hanya tas selempang berukuran sedang. Kupandangi kursi di seberang, yang juga sebenarnya kosong satu ku...