DEPARTURES (OKURIBITO)

Film asal Jepang karya sutradara Yojiro Takita ini adalah pemenang Best Foreign Picture pada Academy Award 2009. Departures juga menjadi salah satu film yang dijagokan menyedot penonton pada Jakarta International Film Festival (Jiffest) 2009. Kebetulan saya berkesempatan menikmati film ini dalam perjalanan pesawat terbang KLM dari Jakarta menuju Amsterdam pertengahan Oktober 2009 lalu. Perjalanan selama 14 jam bagi sebagian orang menjadi perjalanan yang membosankan dan menyebalkan. Umumnya penumpang menghabiskan waktunya dengan tidur. Ya benar, saya juga melakukannya. Tapi saya juga melakukan yang mungkin tidak banyak penumpang lain lakukan: nonton film! Beruntung fasilitas dalam pesawat memungkinkan setiap penumpang mendapat layar televisi dan akses pribadi. Tidak hanya film, namun juga musik dan saluran berita. Bagi saya, fasilitas ini adalah surga dalam perjalanan yang membosankan. Apalagi dengan sepasang stereo head set. Dunia serasa milik kita sendiri. Yang lain cuma ngontrak.
Satu dari sekian film yang sempat saya tonton di pesawat KLM (sampai saya lupa berapa jumlah keseluruhan, saking banyaknya) adalah Departures. Film berjudul asli Okuribito ini saya pilih karena baca iming-iming pemenang kategori Film Asing Terbaik di ajang Academy Awards 2009. Hohoho...sudah tentu akan saya tonton, mengingat saya punya minat khusus pada film-film negeri asing.
Alkisah seorang pemain cello kehilangan pekerjaannya saat orkestra-nya dinyatakan bangkrut. Daigo Kobayashi (diperankan oleh Masahiro Motoki) sedih berkepanjangan karena tak lagi punya penghasilan. Ia mengajak istrinya yang cantik dan setia (diperankan Ryoko Hirosue) untuk mudik ke kampung halamannya di Yamagata. Istrinya ikhlas meninggalkan pekerjaannya demi mengikuti suami pulang kampung. Mereka tinggal di rumah peninggalan ibu Daigo, yang tidak terawat sejak beliau wafat.
Hari demi hari diisi dengan melihat koran sektor lowongan kerja. Saat membaca lowongan tentang keberangkatan (Departures) dan tanpa syarat pengalaman, Daigo bergegas pergi. Ia mengira ini perusahaan tour and travels, dan akan keliling dunia. Sesampainya di kantor tujuan, ia bertemu dengan pemilik perusahaan dan sekretarisnya. Hanya mereka berdua yang menempati isi kantor. Hanya dengan wawancara singkat, Daigo diterima dan belakangan baru diketahui perusahaan ini adalah perusahaan pengurus dan perias jenazah dengan gaya tradisional Jepang. “Maaf, bukankah ini perusahaan wisata?”, tanya Daigo. Dengan enteng sang sekretaris menjawab,”Oh iya itu kesalahan pengetikan. Seharusnya ‘kematian’ (departed), bukan ‘keberangkatan’ (departure).” Oalah....
Tentu saja walnya Daigo stress dan malu bekerja sebagai perias dan pengurus jenazah. Bahkan ia tak bercerita kepada istrinya, Mika. Ia hanya mengatakan bahwa ia diterima kerja dengan gaji lumayan. Ada banyak adegan kocak dalam film ini, terutama hari-hari pertama tugasnya sebagai asisten sang pemilik. Ia mendapati jenazah wanita cantik yang ternyata waria, termasuk saat sang majikan membuat rekaman video tuntunan rias jenazah dengan Daigo sebagai sang model. Betapa malunya Daigo menjadi model jenazah. Ia juga menahan kesakitan saat sang majikan memeragakan cara mencabut bulu-bulu ketiak dan tubuh dengan teknik waxing.
Sesekali Daigo menyendiri di sebuah rumah pemandian air panas yang dimiliki wanita tua sahabat ibunya. Sang anak pemilik, yang juga sahabat Daigo semasa kecil, marah mendengar Daigo bekerja sebagai perias jenazah. Dalam rumah pemandian ini Daigo menemukan kedamaian dan sejenak melupakan masalah. Ia juga ingat pada ayahnya yang meninggalkannya dan ibunya saat berusia 6 tahun. Kenangan indah bercampur kekecewaan karena ayah yang dicintai pergi dengan wanita lain. Daigo bahkan tak bisa mengingat wajahnya.
Daigo mulai mencintai dan menekuni karirnya, hingga ia dipercayai sang majikan untuk mengurus jenazah seorang diri. Saat inilah Mika menemukan video instruksi pengurusan jenazah dan marah atas profesi suaminya. Mika pun pulang ke rumah orang tuanya, karena Daigo tak mau melepaskan karirnya yang sudah kadung dicintai. Departure dengan sangat cermat dan indah menampilkan prosesi pengurusan dan periasan jenazah secara tradisional Jepang. Berbagai teknik juga diperlihatkan dan tampak bahwa profesi ini sebenarnya adalah profesi yang mulia, terhormat, dibutuhkan semua orang, dan memegang nilai-nilai luhur tradisi sebuah budaya. Saksikanlah bagaimana Daigo dapat melepaskan seluruh pakaian saat jenazah ditutup lembaran kimono yang kelak dipakainya usai Daigo menanggalkan pakaian normal. Teknik yang mengagumkan.
Bagaimana akhir cerita? Happy ending kah? Kembali rukunkah Daigo dan Mika? Bagaimana dengan karirnya sebagai pengurus dan perias jenazah? Klimaks yang mengejutkan ketika Daigo dipertemukan kembali dengan ayahnya, dan saya sempat meneteskan air mata (hiks....).
Ilustrasi musiknya sangat indah dan penuh permainan cello dari Daigo. Semoga DVDnya bisa dirilis lokal dalam waktu dekat. Harga DVD versi Jepang tentu saja mahal. Tapi versi Malaysia hanya USD 15. Sungguh film ini pantas menyandang gelar Film Asing Terbaik pada ajang Academy Awards 2009.
Official website
http://www.departures-themovie.com/index.html
memang bagus banget film ini..
BalasHapussaya nonton di jiffest dan langsung jatuh cinta.
pengen beli dvd nya dan pengen ke jepang.