PPKI 2009: SEBUAH CATATAN

Pekan Produk Kreatif Indonesia 2009 yang berlangsung selama empat hari (25-28 Juni) sudah berakhir. Ada banyak suka dan duka di ajang nasional paling heboh tahun ini yang akan dikenang untuk waktu yang lama. Saya mencoba membuat catatan peristiwa-peristiwa penting selama PPKI 2009.
RESPON MASYARAKAT
Salah satu ukuran keberhasilan suatu pementasan adalah respon masyarakat. Bisa dalam bentuk hasil penjualan tiket masuk, atau lainnya. Dalam kasus PPKI 2009 respon masyarakat salah satunya berupa jumlah kunjungan ke booth Komunitas Komik Indonesia (KKI). Walau tidak dilakukan hitungan, observasi visual dapat memberi gambaran kasar bahwa booth KKI kerap dikunjungi dan nyaris tidak pernah sepi. Mungkin kami hanya diberikan waktu sekitar 5 menit untuk istirahat atau membenahi booth yang berantakan. Memang benar ada banyak pengunjung berasal dari sesama teman komik. Namun mayoritas pengunjung adalah masyarakat yang kebetulan lewat. Sebagian diantaranya sempat berbincang dengan saya, dan banyak diantara mereka tidak secara khusus datang ke PPKI untuk mengunjungi KKI. Di pihak lain, banyak juga yang hadir karena informasi dari internet (milis dan Facebook) termasuk info dari komunitasnya yang terpisah (misalnya Paguyuban Karl May).
RESPON PEMERINTAH DAN KALANGAN BISNIS
Ramainya booth KKI menarik perhatian Pemerintah dan para tetangga pengisi booth. Kadin Indonesia, pihak yang merekomendasikan KKI, sangat puas dengan hasil kerja KKI di PPKI 2009. Beberapa tetangga booth, yang diisi oleh para raksasa penerbitan, mulai mempertimbangkan untuk membuka lini produksi komik atau menghidupkan lagi setelah beberapa tahun dimatisurikan. Sebagai tanda terima kasih, pak Dwi Koen mewakili KKI memberikan sebuah tas berlogo 90 Tahun RA Kosasih dan berisi sejumlah komik terbaru, kepada Wakil Ketua Kadin Indonesia, Bapak Ketut Suardhana.
“UNITED WE STAND!”
Semangat yang dibawa dalam PPKI 2009 adalah semangat persatuan. Sebagian pecinta dan pelaku komik menyadari bahwa dalam banyak kesempatan mereka tidak bergandengan tangan. Berbagai perbedaan menjadikan usaha memajukan komik lokal sebuah tantangan berat. Bukan hanya karena kerasnya industri, tapi juga kerasnya kepala masing-masing orang. PPKI 2009 menjadi momen yang tepat untuk mengingatkan semua pihak terkait akan visi dan tujuan yang sama: memajukan komik nasional. Untuk mencapai tujuan itu, kita harus bersatu dan melepaskan berbagai perbedaan. Jika terjadi perbedaan kepentingan, solusi yang saling menguntungkan harus dicapai. Alhamdulillah PPKI 2009 menjadi saksi tercapainya semangat tsb. Insya Allah semangat ini akan terus melekat selamanya.
Saya sempat diwawancarai seorang wartawan perihal semangat persatuan dan penggunaan nama KKI. Mungkin dalam persepsinya, nama KKI harus diresmikan dan dijadikan wadah bernaungnya berbagai pecinta, pelaku dan pemerhati komik lokal. Mungkin maksudnya semacam asosiasi. Saya jelaskan bahwa KKI hanyalah sebuah nama yang digunakan dalam rangka PPKI 2009 agar memudahkan masyarakat mengenalinya. Bagi saya nama tidaklah penting, karena semangat persatuan lebih penting daripada sebuah nama. Ia juga mendesak untuk menjelaskan apa saja perbedaan diantara para pemerhati dan pelaku komik di masa lampau. Bagi saya mengungkit masa lalu juga tidak penting, karena yang penting adalah masa depan yang saat ini dimulai dengan semangat persatuan di PPKI 2009. Namun jika penggunaan nama KKI sedemikian penting sebagai simbol, tentunya nama tsb akan diresmikan. Nampaknya ia terus mendesak ingin mengetahui berbagai kendala internal yang membuat komik lokal sulit bersatu. Saya katakan bahwa percuma saja mencari akal agar saya buka mulut.
PENJUALAN KOMIK
PPKI 2009 bukanlah ajang jualan produk, selayaknya bazaar atau pasar murah. Namun sudah menjadi tradisi di Indonesia bahwa pameran apapun harus membawa pulang hasil belanjaan. Untuk mengakomodir tuntutan tsb, KKI menawarkan semua rekan untuk menitipjualkan karya-karya mereka selama PPKI. Nyaris semua rekan yang diundang menyambut dengan positif. Bahkan ada banyak judul komik yang kejar tayang. Mereka dikejar agar dapat terbit bersamaan dengan pelaksanaan PPKI 2009, sebuah momen yang tepat untuk peluncuran komik. Beberapa komik yang kejar tayang diantaranya: Lotif (Beng Rahadian), Sawung Kampret: Warok Surobongsang (Dwi Koen), Api Maut (Injun), dan 15 Kesalahan Dalam Branding (Herman Kwok). Tanpa diperkirakan sebelumnya, hasil penjualan komik terhitung fantastis untuk ukuran acara selama 4 hari. Sebuah prestasi yang sulit diulang di masa mendatang.
“SIAPAPUN BISA MEMBUAT KOMIK”
Slogan ini yang diusung selama PPKI 2009. Mengadaptasi slogan ‘Mengarang itu Gampang’ sekitar 30 tahun yang lalu, ‘Siapapun Bisa Membuat Komik’ mengajak siapapun untuk mulai iseng-iseng membuat gambar yang ‘berbicara’. Visual story telling. Tidak perlu khawatir, takut atau minder bahwa hasil coretannya tidak seindah komikus legendaris. Yang penting parade gambarnya, yang disajikan secara berurutan dapat dipahami pembaca. Jika kesadaran ini tumbuh, fenomena semua orang beramai-ramai iseng membuat komik pun lahir meskipun dibuat untuk konsumsi pribadi. Hanya hukum alam yang akan menyeleksi para bakat muda ini. Mereka yang berbakat, tekun dan berkemauan keras-lah yang akan maju terus menjadi komikus. Skenario ini selaras dengan visi pembangunan industri kreatif Indonesia.
Selama PPKI 2009 slogan ini dicoba untuk diimplementasikan. Dari dua media yang disediakan (melanjutkan gambar di sebuah panel, dari kombinasi dua panel sebelumnya) serta Jam Comic Strip, sebuah aksi demo komik estafet bagi siapapun yang tertarik, ternyata mampu menarik perhatian pengunjung. Media pertama tak terlalu sukses karena latihan membuat komik sulit dilakukan di lokasi, dan pengunjung memilih membawanya pulang. Media kedua termasuk berhasil karena ada banyak orang partisipasi secara spontan, melanjutkan komik pada panel berikutnya sesuai interpretasi masing-masing. Diluar keberhasilan itu, ada banyak pengunjung yang sekedar memamerkan keahliannya dalam menggambar pin-up. Sayangnya ketrampilan menggambar pin-up tak cukup baik untuk membuka mata pengunjung bahwa membuat komik itu gampang. Atraksi Jam Comic Strip pun menjadi magnet daya tarik pengunjung yang kebetulan sedang lewat. Bahkan banyak anak-anak dan remaja ikut partisipasi.
KONSULTASI KOMIK
Salah satu aktivitas yang dilakukan di PPKI 2009 adalah Konsultasi Komik. Sesuai judulnya, aktivitas ini memberi kesempatan bagi pengunjung yang ingin bertanya atau meminta saran dari para komikus yang berpengalaman. Ada yang bertanya tentang seluk beluk penerbitan dan permodalan, mencari ilustrator, kerjasama produk, dan lainnya. Setiap hari minimal seorang komikus bertugas sebagai Konsultan. Ajang ini juga berguna untuk mengetahui talenta-talenta muda yang datang membawa contoh karya. Bahkan para Konsultan Komik sudah bersiap dengan portfolio masing-masing. Siapa tahu ada yang berminat kerja sama.
Saya harus mengucapkan terima kasih kepada para Konsultan Komik yang tidak lelah menyapa, tersenyum dan meladeni pertanyaan pengunjung: Zarki, Rie, Beng Rahadian, Is Yuniarto, Wisnoe Lee, Wahyu Sugianto, Wahyu Hidayatz, Alfie, Diyan Bijac, Sheila Rooswitha, Marico,
RISET KECIL-KECILAN DALAM KOMIK
Salah satu materi menarik dalam PPKI 2009 adalah Riset Kecil-kecilan Dalam Komik. Ketika kami sedang mengumpulkan bala bantuan dan tema yang akan ditampilkan, Yusi Pareanom (Banana Publishing) tampil dengan usul memperkenalkan cara melakukan penelitian dalam komik. Tidak harus skala masif dan dana besar, penelitian sederhana dapat dilakukan untuk menjadikan sebuah komik berkualitas. Yusi, bersama Banana Publishing, dikenal masyarakat dengan dua karyanya: Ekspedisi Kayu Manis Kapal Borobudur, dan Exprestreinen. Dua judul ini dipuji banyak orang atas usaha penelitian yang banyak merujuk pada catatan historis.
Setelah menerima bahan berupa narasi, masalah berikutnya timbul: bagaimana cara riset ini mau ditampilkan? Beruntung Rie dan rekan-rekan Splash menawarkan bantuan untuk desain. Saat saya mengangkat bendera ‘Help!”, mereka dengan spontan mengulurkan bantuan. Setelah melalui proses editing, akhirnya 4 halaman A5 Riset Kecil-kecilan Dalam Komik (tentu saja tampilannya benar-benar berupa komik) rampung. Desain langsung berpindah tangan ke tangan Tita Cleo, yang membantu pencetakannya.
PROSES BIKIN KOMIK
Salah satu tujuan PPKI 2009 adalah memperkenalkan proses kreatif kepada masyarakat. KKI menampilkan proses pembuatan komik. Mulai dari datangnya ide, coret-coret, pensil, tinta, dan seterusnya hingga menjadi sebuah karya. Kebetulan ketika ide ini sedang dipikirkan, datang berita bahwa materi ini sudah pernah disusun. Zarki dan MKI membuatnya beberapa waktu lalu dalam bentuk backdrop besar berukuran 3 m x 2 m. Ukuran yang terlalu besar bagi booth PPKI.
Beruntung Wahyu Sugianto dan Zarki bersedia mengirimkan materi soft copy nya. Uwi Mathovani yang dipercayakan untuk merancang ulang sesuai kebutuhan. Namun kendala pekerjaan membuat Uwi kesulitan menyelesaikannya tepat waktu. Wahyu pun datang dengan backdrop. Secara terpisah materi yang sama digandakan dalam kertas A4. Tita Cleo membantu penggandaannya, agar dapat dibagikan kepada pengunjung.
Pada malam dekorasi booth, ternyata backdrop sulit ditampilkan. Secara artistik pun mengganggu pemandangan. Akhirnya dengan berat hati backdrop ini urung digunakan. Materi print A4 tetap tersedia, dan ternyata sangat digemari pengunjung.
PERJALANAN PANJANG KOMIK INDONESIA
Bagi sebagian orang, mengetahui apa saja yang sudah terjadi selama tahun-tahun lampau dalam kancah komik lokal adalah penting. Mengingat sejarah, katanya. Banyak pula masyarakat yang sudah beberapa tahun ‘hilang’ dari dunia komik yang mengisi masa kanak-kanak dan remajanya, dan kini ingin mengejar berita tertinggal. Materi ini dulu saya buat dalam rangka pameran bersama komik Indonesia dan Perancis di Pusat Kebudayaan Perancis, CCF, Jakarta. Kali ini materi diperbaharui hingga 2009 dan dirancang sebagai backdrop. Terima kasih kepada Rie dan rekan-rekan Splash yang sudah membantu membantu tampilan yang indah.
Ada fakta menarik ketika masyarakat memperhatikan backdrop Perjalanan Panjang Komik Indonesia. Backdrop setinggi 220 cm dengan lebar 80 cm itu mengundang banyak orang untuk mendekatinya. Banyak yang baru tahu saat itu beberapa komikus legendaris sudah wafat, dan begitu banyak peristiwa serta prestasi diraih komik lokal. Tanpa diperkirakan, banyak yang menanyakan salinan untuk dibawa pulang. Sayang sekali kami tak menyiapkan salinan apapun. Sejujurnya, tak mengira akan ada pengunjung yang tertarik untuk memiliki salinannya. Alhasil banyak pengunjung yang memotret backdrop indah tinggi menjulang tsb.
COSPLAY
Pernah lihat costume play (atau cosplay) komik Indonesia? Dulu memang ada kostum Si Buta Dari Gua Hantu, atau Gundala Putera Petir. Di PPKI 2009 pengunjung dibuat heboh dengan hadir Gibug! Tokoh rekaan Wisnoe Lee ini hadir lengkap dengan kucing dan bajaj nya. Memang boneka kucing dan mainan bajaj yang ditarik keliling Jakarta Convention Center. Tapi Gibug benar-benar mampu memeriahkan suasana. Tak terhitung pengunjung dan sesama komikus yang berfoto bersama Gibug.
LAUNCHING KOMIK BARENG
Acara ini memiliki banyak tujuan penting. Bagi para komikus, Launching Komik Bareng merupakan kesempatan terbaik untuk memperkenalkan karya-karya terbaru kepada masyarakat. Bagi Pemerintah dan para pemerhati komik, acara ini berguna untuk mengetahui kemajuan komik lokal, potensi pasar, dan lainnya.
Launching Komik Bareng juga membuka mata banyak pihak, bahwa komik lokal masih hidup, eksis, aktif, dan terus berkembang. Sudah menjadi pertanyaan klasik tentang komik lokal yang mati suri. Beberapa penerbit mulai mempertimbangkan untuk membuka lini produksi komik, bahkan menghidupkan lagi divisi komik yang dulu ditelantarkan. Antusiasme pengunjung selama 4 hari membuka persepsi baru bagi semua pihak.
KERJASAMA dan RELASI LINTAS INDUSTRI
PPKI 2009 juga menjadi ajang tukar informasi dan membuka peluang bisnis baru, baik bagi komikus, investor, maupun yang lain. Ada banyak cikal bakal kerjasama tercipta disini. Memang dimulai dari bertukar kartu nama atau nomor telepon. Tapi inilah embrio kerja sama lintas industri di masa mendatang. Mudah-mudahan semua komikus yang hadir berkesempatan membangun relasi dan kerja sama lintas industri ini.
Saya sendiri semaksimal mungkin memanfaatkan waktu untuk berkenalan dengan pihak lain. Menyenangkan rasanya bisa bertukar pikiran dengan para petinggi perusahaan, komunitas, Pemerintahan, bahkan para pelaku seni. Mudah-mudahan networking ini bermanfaat demi kemajuan komik lokal.
SEMINAR
Selain pameran dan bazaar, juga ada seminar selama PPKI 2009. Pemerintah melalui berbagai departemen menyelenggarakan banyak seminar, workshop, hingga dialog dengan para Duta Besar negara sahabat. Tujuannya agar membuka cakrawala dan mengetahui peluang yang ada di negara lain. Dalam salah satu seminar seorang narasumber menyajikan data solid hasil penjualan buku di beberapa toko buku selama satu tahun. Termasuk diantaranya komik. Disini disajikan genre-genre buku yang populer dan catatan penjualannya. Data ini penting diketahui para praktisi dan pebisnis komik, agar dapat merancang strategi yang lebih baik di masa yang akan datang.
KOMIK dan PRODUK DERIVATIF?
Berkaca pada kesuksesan industri komik Amerika dan Jepang, kita sama-sama tahu bahwa komik memiliki banyak produk derivatif. Mulai dari merchandise (pakaian, alat tulis, pajangan, dll), game on-line/ komputer, film animasi TV dan bioskop, dan lainnya. Strategi produk ini terbukti ampuh untuk merangkul banyak pasar. Penikmat animasi ada kemungkinan juga membeli komik. Pembaca komik ada kemungkinan juga mengoleksi pernak-pernik karakter.
Tidak banyak karakter komik lokal yang mengadaptasi strategi produk dan pemasaran ini. PPKI 2009 menjadi ajang uji coba pasar. Cendana Art Media, selaku penerbit Lotif dan Brasta Seta, melakukannya dengan cara mendesain dan menjual t-shirt unik. Ada banyak sekali peminat t-shirt tapi tak tertarik untuk membeli komiknya. Sebagian komikus sedih pengunjung lebih berminat dengan produk selain komik. Ya benar itu fakta menyedihkan, dari sudut pandang komikus. Namun dari sudut pandang lain, fenomena ini merupakan peluang yang baik. Produk-produk sampingan ini dapat ikut mendongkrak popularitas komik. Bahkan ikut mendatangkan uang yang tidak sedikit.
PPKI 2009 tak bisa terwujud tanpa bantuan rekan2. Saya berusaha menyebutkan satu per satu, namun bila ada yang terlewat saya mohon maaf sebesar2nya...
Wisnoe Lee & Gibug, Beng Rahadian, Zarki, Syamsuddin, Ririn, Shirley & Splash, Iwan Gunawan, Gienardi, Is Yuniarto, Alfie, Diyan Bijac, Andy Wijaya, Wahyu Sugianto, Marico, Tita Cleo, Sheila Rosswitha, Simon Chandra, Tita Larasati, Yusi Pareanom, Ahmad Zeni, Wahyu Hidayatz, Uwi Mathovani, Lulu Ratna, Erry, Injun, Gerdi WK, Mansjur Daman, Hasmi, Hans Jaladara, Dwi Koen, Risdianto, Sigit, Armin Tanjung, Pohan, Dhiar, Toni Masdiono, Roni, Iman & Harley, Jerry 'M&C', Rani & Thomas 'Erlangga', Pandu Ganesa, Seno Gumira, Oyas, Herman Kwok, Veetra, dan lain-lainnya yang mungkin terlewatkan....
Mudah2an semangat yang diusung dalam PPKI 2009 akan terus langgeng.
Komentar
Posting Komentar