TINTIN MENDARAT DI BULAN 16 TAHUN SEBELUM NEIL ARMSTRONG

dipublikasikan pertama kali di Koran Tempo, 18 Januari 2004, dalam rangka perayaan 75 tahun Tintin. Tulisan ini menjadi kata pengantar dalam tema khusus Koran Tempo 18 Januari 2004 sepanjang empat halaman.
"…dan kini saya sedang menyelesaikan proyek pembuatan roket bertenaga atom, dengan tujuan mendarat di Bulan," tutur Profesor Calculus kepada rekan-rekannya Tintin dan Kapten Haddock. "Ha! Ha! Ha! Ha! Ke Bulan! Si Calculus ke Bulan! Ada-ada saja! Bukan main! Anda membawa penumpang tentunya?" ledek Kapten Haddock yang terpingkal-pingkal mendengarkannya, sementara Tintin masih melongo. Lalu dijawab dengan tenang oleh Profesor Calculus,"Tentu! Kamu kira untuk apa saya minta kalian ke sini?" (Destination Moon, 1953).
Para penggemar pasti ingat peristiwa monumental dalam salah satu petualangan Tintin dan kawan-kawannya: ekspedisi ke bulan. Roket model cerutu berwarna merah putih, yang menjadi tumpangan Tintin cs, menjadi ikon identik dengan Tintin. Herge (sang pencipta Tintin) berhasil menjadikan Tintin sebagai manusia pertama yang melangkahkan kaki di bulan (Explorers on the Moon, 1954). Hebatnya lagi, Tintin mendarat di bulan 16 tahun sebelum Neil Armstrong!
Georges Remi, begitu nama asli Herge, mengirim Tintin, anjingnya Snowy, para sahabatnya Kapten Haddock, Prof. Calculus, kedua detektif Thompson, dan lainnya bertualang nyaris ke seluruh penjuru dunia. Mulai dari petualangan pertama ke Uni Soviet, Kongo, Amerika, Cina, pedalaman Amerika Selatan, puncak pegunungan Himalaya, kutub utara, Laut Merah, Gurun Sahara, bahkan sempat singgah di Jakarta, Indonesia (Flight 714 to Sydney, 1967).
Seluruh dunia pada tanggal 10 Januari 2004 lalu memperingati ulang tahun ke-75 petualangan Tintin. Dunia mengingat peristiwa bersejarah 75 tahun yang lalu saat Tintin dan Snowy berangkat menuju Soviet sebagai wartawan Le Petit Vingtieme, Belgia. Sejak saat itu seakan petualangan Tintin dan Snowy tak ada habisnya. Mereka berdua berkelana ke semua tempat yang mungkin tak pernah dikunjungi pemuda sebayanya (walaupun tak pernah jelas berapakah usia Tintin yang sebenarnya). Ke mana pun mereka pergi, teman dan musuh selalu bertambah. Masih belum cukup, berbagai marabahaya mengancam keselamatan nyawa menanti mereka.

Semua petualangan Tintin selalu mengundang decak kagum pembacanya. Tidak hanya kesederhanaan ilutrasi, namun juga kesempurnaan artistik. Tidak hanya Tintin yang bersahaja, namun karakter Tintin yang sangat "tanpa kemampuan superhero pada umumnya". Lebih dari itu tak banyak yang mengetahui bahwa hampir seumur hidupnya Herge tidak pernah pergi ke luar negeri! Semua yang ada di buku bersumber dari bahan bacaan, literatur, majalah, kliping koran, foto, ensiklopedi, dan lain-lain. Herge tidaklah sulit mendapatkan itu semua karena saat itu dia bekerja di sebuah koran harian.
Semua referensi berupa tulisan, esai dan foto dijadikan sumber inspirasi. Bahkan sebagian alat transportasi, mesin, bangunan, konstruksi, pakaian tradisional, benda bersejarah dan etnis digambar ulang persis seperti aslinya. Herge melakukan penelitian mendalam sebelum memulai setiap petualangan Tintin. Satu hal yang belum tentu dilakukan para artis jaman sekarang.
Herge adalah seorang yang sederhana. Sama seperti "anak tunggalnya" Tintin. Namun Herge memiliki perhatian lebih terhadap dunia sekitarnya. Sikapnya yang menentang paham komunis secara eksplisit dia tuangkan di Tintin in the Land of the Soviets (1929). Simpatinya kepada bangsa Indian yang tersingkir di tanah airnya sendiri tercermin dalam Tintin in America (1932). Persahabatannya dengan Chang Chong-chen direfleksikan dalam petualangan ke Cina di The Blue Lotus (1934). Kebenciannya terhadap invasi Nazi ke daratan Eropa dapat kita rasakan di King Ottokar's Sceptre (1938). Keprihatinannya kepada bahaya narkotika dan obat bius tergambar jelas di Cigars of the Pharaoh (1932). Ketertarikannya dengan dunia supernatural juga terlihat dalam The Seven Crystal Balls (1943), The Shooting Star (1941) dan Tintin in Tibet (1958).
Berbagai "propaganda" yang Herge lakukan melalui tokoh Tintin membuat masyarakat internasional kerap meragukan keberpihakan Herge. Di pihak manakah dia berada? Masyarakat semakin bingung dengan sikap Herge yang cenderung berpihak dengan penjajahan dan pembunuhan satwa liar di Tintin in the Congo (1930). Di luar itu semua Herge tetap pada pendiriannya untuk berpihak pada wong cilik, kaum minoritas, dan yang paling penting kepada kebenaran.
Kesempurnaan ilustrasi dilengkapi dengan kehandalan penulisan naskah dan pendekatan sinematik. Herge dikenal sebagai pengagum film-film karya Alfred Hitchcock. Tak dapat dipungkiri naskah dan teknik ilustrasi yang digunakan Herge dalam Tintin in America, The Black Island (1937), King Ottokar's Sceptre, The Calculus Affair, dan The Castafiore Emerald (1961) menggunakan pendekatan yang lazim digunakan Hitchcock dalam dunia sinema. Peran Tintin yang lebih mirip detektif dibanding sebagai wartawan membuat pendekatan ini seakan karya sekelas Hitchcock dalam bentuk komik.
Keseriusan Herge dalam menghayati berbagai kebudayaan dan kemajuan teknologi membuat Tintin dan Herge semakin dicintai penggemarnya di seluruh dunia. Komik Tintin, yang telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 50 bahasa, seakan menyatu dengan kita. Bangsa Indian Amerika, Indian Peru dan Cina menganggap Herge anggota keluarga mereka. Bahkan Madame Chiang Kai-shek (istri pemimpin Taiwan, Chiang Kai-shek) mengundang Herge untuk berkunjung ke Taiwan sebagai rasa terima kasihnya atas apa yang Herge perjuangkan bagi bangsa Cina. Masyarakat dunia mengagumi Herge yang selalu selangkah di depan perkembangan teknologi. Tidak hanya Uni Soviet dan Amerika Serikat yang kecolongan dengan perjalanan ke bulan, Herge bahkan mendahului menciptakan televisi berwarna melalui tangan Profesor Calculus!

Kesehatan yang terus menurun membuat Herge mengurangi aktivitasnya dan karya Tintin terakhirnya, Tintin and Alph-Art, tak sempat diselesaikannya. Herge wafat pada 3 Maret 1983 dalam usia 75 tahun. Sebuah yayasan didirikan untuk melestarikan semangat yang diwariskan kepada dunia, Herge Foundation. Sebuah unit usaha juga didirikan untuk mengelola segala macam produk yang berhubungan dengan Tintin, Moulinsart. Pemerintah dan masyarakat Belgia bahkan menobatkan Herge sebagai tokoh utama dalam dunia komik Eropa. Sebuah museum diresmikan dan berbagai outlet toko merchandise tersebar di segenap penjuru dunia. Fanny, janda mendiang Herge, karena permintaan para penggemar Tintin akhirnya menerbitkan Tintin and Alph-Art dalam bentuk apa adanya berupa sketsa dan narasi ala kadarnya. Persis sebagaimana yang Herge tinggalkan sebelum wafat. Sayang kisahnya terputus dan kita semua hanya bisa menduga-duga apa akhir dari perjalanan petualangan Tintin.
Herge sempat berwasiat untuk tidak menjual Tintin kepada orang lain. "Ada sebagian hal yang dapat dilakukan para rekan kerja saya tanpa kehadiranku dan banyak yang mereka lakukan lebih baik dariku. Namun memberikan nafas kehidupan kepada Tintin, Haddock, Calculus, kedua Thompson dan lainnya, hanya saya yang dapat melakukannya. Tintin adalah saya. Itu merupakan karya pribadiku yang paling berharga. Jika yang lain berkeinginan melanjutkan Tintin, mereka mungkin dapat melakukannya lebih baik, mungkin lebih buruk. Satu hal sudah pasti, mereka akan melakukannya berbeda dan itu sudah bukan Tintin lagi!"
Selamat ulang tahun ke-75, Tintin (dan Snowy)!
Komentar
Posting Komentar