BRUSSELS PILGRIMAGE: PART 2

Sambil menunggu saya mulai
memperhatikan sekeliling. Stasiun Brussels Nord tidak terlalu besar. Meskipun
tidak terlihat sampah berserakan, namun kondisinya jauh dari mengkilap. Lantai
yang kusam, dinding yang kusam, langit-langit yang kusam.... nyaris semuanya
kusam. Jikapun berwarna putih, tidak tampak putih bersih. Benar kata rekan
kantor yang mengatakan Brussels suasananya ‘grey’. Kereta api yang saya tumpangi
dari Duffel pun memang bersih di dalamnya. Di luarnya? Penuuuuhhh dengan cat
semprot grafitti dan lokomotifnya pun terlihat kuno. Jauh lebih bagus kereta ex
Jepang yang digunakan kereta Pakuan Ekspress Bogor.

Kompleks sekeliling Universitas
Louvain la Neuve dan stasiun kereta adalah sebuah kompleks hang out berisi
aneka cafe, restoran, toko pakaian, swalayan mini, dan ..... toko komik
Slumberland! Di toko ini saya hanya melihat-lihat, namun pada akhirnya saya
membeli sebuah komik Milo Manara dan tas Tintin. Sisanya saya putuskan akan
beli di Musee Herge saja, meski koleksi komik di toko ini yahud total. Sudah
terlalu banyak komik yang dibeli saat di Erlangen, dan sisa uang mau saya
gunakan untuk urusan lain.
Mengikuti petunjuk jalan yang cukup
jelas, kami pun tiba di Musee Herge. Sayang lingkungan pintu depannya tertutup
karena sedang ada pembangunan kompleks hang out. Saya tidak bisa mengambil foto
yang bagus dari sudut ini. Kami pun masuk dari sisi samping gedung. Pepohonan
dan jalan setapak menuju museum terhitung teduh, meski jalannya sedikit
berbatu.
Sebelum menjelajah museum, kami
menghampiri toko merchandise Tintin yang sangat besar. Betapa banyak barang
menarik di sini, namun saya hanya beli beberapa buah untuk pribadi. Sisanya
adalah titipan kakak saya. Di sini saya sempat berfoto dengan patung Tintin
yang berdiri tegak di balik kaca. Mas-mas penjaga toko yang ramah tertawa
melihat kaos Tintin au Java yang saya kenakan. Gambar hasil Peter van Dongen
ini memang sengaja saya bawa, khusus untuk digunakan saat berkunjung ke Musee
Herge. Ia menyukainya dan menanyakan apakah itu fan art.


Perjalanan dimulai dari lantai 3
dengan menaiki elevator kaca dengan ilustrasi kedua Thompsons. Ruangan demi
ruangan kami lewati dan interior museum sungguh mengagumkan! Sayang pengunjung
dilarang memotret. Selain berbagai foto dan gambar asli tangan Herge, tersaji
pula memorabilia Herge semasa kecil dan foto-foto. Pada sektor Tintin
terpampang pula aneka referensi yang digunakan Herge untuk setiap komiknya.
Bahkan ada kapal selam Calculus berukuran skala asli!
Tak terasa sudah 2 jam kami
berkeliling museum. Sebelum pulang kami menyempatkan diri menikmati secangkir
cappucino panas di cafe Le Petit Vingtieme. Hujan turun deras di luar museum,
dan khusus pada cafe ini pengunjung boleh mengambil gambar dengan kamera.
Beruntung juga ada wi-fi gratis, sehingga saya bisa segera upload beberapa
foto.
Hujan tak lama mengguyur Louvan la Neuve,
dan matahari sudah kembali cerah saat kami tiba di stasiun kereta. Sambil duduk
kami menikmati roti isi yang sudah disiapkan di rumah Gerald. Lumayan menghemat
makan siang, karena saat itu sudah pukul 13:00. Petualangan kami masih
berlanjut di kota Brussels, yaitu mengunjungi Museum Bande Dessinee, atau juga
dikenal sebagai Museum Komik Strip Brussels.
Komentar
Posting Komentar