ERLANGEN COMIC SALON: PART 1

Kami berdua datang ke Jerman sebagai bagian dari rombongan Comiconnexions, sebuah program apresiasi budaya dalam bentuk komik antara Jerman dan Indonesia. Program ini sendiri diprakarsai oleh Goethe Institut Jakarta, tempat Devi bekerja. Saya sendiri bertugas sebagai kurator Comiconnexions yang sudah bertugas sejak April 2011. Dengan demikian saya sudah bertugas selama lebih dari satu tahun.
Comiconnexions mempertemukan budaya komik kedua negara, untuk bisa saling mengenal dan bertukar pengalaman. Bersama tim kurator yang beranggotakan Henry Ismono (sudah mengundurkan diri) dan Imansyah Lubis, kami memilih lima orang komikus Jerman dan lima orang komikus Indonesia untuk karyaya disandingkan. Ke-10 komikus ini menjadi duta bangsa kedua negara.
Ke-10 komikus ini dipilih karena memiliki kesamaan semangat dalam berkarya, memiliki keunikan visual, perkembangan karya selama berkarir, serta mengusung keunikan budaya sesuai negaranya. Ke-5 komikus Jerman adalah: Martin Tom Dieck, Sascha Hommer, Ulf K, Mawil, dan Henning Wagenbreth. Sedangkan dari Indonesia diwakili oleh Azisa Noor, Ariela Kristantina, Is Yuniarto, Galang Tirtakusuma, dan Veby Surya Wibawa (Vbi Djenggotten).

Pada tahun 2011 juga Comiconnexions mengundang Sascha Hommer untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan para pelaku dan pemerhati komik Indonesia. Selama kunjungan yang singkatnya itu, Sascha berbagi pengalaman dengan sesama komikus di kota Jakarta dan Bandung. Sascha juga mempresentasikan perkembangan komik di negerinya, dan dari situ saya dapat menyimpulkan bahwa perkembangan komik Jerman nyaris sama dengan di Indonesia: sama-sama berusaha untuk eksis di antara dominasi komik Eropa, Jepang, dan Amerika, serta bertumbuhnya penerbitan skala kecil. Sungguh tepat kita menjalin pertukaran budaya komik dengan Jerman, karena kondisi yang relatif sama.

Siang itu kami mendarat di Frankfurt hanyalah numpang lewat, karena tujuan utamanya adalah kota Erlangen. Di sana sudah menanti rekan-rekan kami, Imansyah Lubis, Azisa Noor, Is Yuniarto, dan Galang Tirtakusuma, yang sebelumnya sudah dua minggu menggali ilmu komik dan bahasa Jerman di kota Hamburg dan Berlin. Selama di dua kota itu mereka juga menjalin komunikasi dengan sesama komikus Jerman, mengunjungi penerbit-penerbit komik, sharing session, hingga ikut serta dalam perkuliahan di Universitas Hamburg.
Kami berdua dijemput oleh Axel, suami Devi yang tinggal dan bekerja di Jerman. Dengan menumpangi mobil Renault merahnya, kami menyusuri jalan bebas hambatan ke arah negara bagian Bavaria, tempat kota Erlangen berada. Kota Erlangen sendiri berdekatan dengan kota Nuremburg dan Munich, di sisi selatan negara Jerman. Udara dingin serta hujan yang tidak terlalu deras, membuat pemandangan sisi jalan sedikit terganggu. Kami menyempatkan beristirahat di sebuah pemberhentian, yang memiliki SPBU, restoran mungil, serta buku-buku pariwisata. Hujan sudah reda, dan kami pun dapat menikmati udara Jerman yang sejuk.
Perjalanan mobil kira-kira 1,5 jam dan tibalah kami di kota Erlangen, sebuah kota kecil yang merupakan pusat kegiatan perusahaan Siemens. Jika ada perusahaan besar di kota ini, maka sudah pasti Siemens. Sisanya adalah universitas, restoran, museum, pertokoan, galeri seni dan segala macam yang berbau seni. Ya memang, Erlangen kini sudah menjelma menjadi salah satu kota pusat kesenian penting di Jerman. Tidak hanya komik, namun ia juga menyelenggarakan banyak kegiatan seni seperti puisi, lukisan, dan seni patung.
Sore itu kami langsung menuju hotel Rangau, sebuah hotel dengan arsitektur klasik di pinggiran kota. Kira-kira 5 km dari pusat kota. Hotel ini juga menyediakan guest house, dengan pelayanan restoran yang sangat homy. Sama sekali berbeda dengan suasana hotel berbintang. Hanya bertingkat tiga dengan total kamar sekitar 40 buah. Saat kami check-in, rombangan Iman belum tiba. Mereka masih dalam perjalanan dari Hamburg, dan diperkirakan tiba di kota pukul 20:00. Meskipun larut tapi matahari masih terang. Maklum bulan Juni adalah awal musim panas. Waktu magrib di Erlangen adalah pukul 21:30. Namun segala sesuatunya telah dibicarakan dengan pihak hotel, termasuk permintaan khusus tentang makanan halal. Akses wi-fi pun sudah diaktifkan, jadi tidak ada masalah bersocial-network ria selama di dalam hotel.
Berhubung hari masih terang (sudah pukul 19:00 padahal), Axel, Devi dan saya pergi makan malam ke tengah kota Erlangen. Setelah berkeliling-keliling, akhirnya diputuskan makan di Trattoria Bruno, sebuah restoran masakan Italia. Suasanya juga homy, tidak glamour seperti kebanyakan restoran di Jakarta. Rada bingung memilih menu apa, karena khawatir mengandung B2. Berkat bantuan Axel, saya memilih sepiring macaroni keju lumer panas yang dihiasi beberapa helai daun kemangi dan potongan wortel. Mmmmm....yummy! Usai makan, saya dan Axel menikmati sejuknya udara sore hari, dengan hujan rintik-rintik, dan kebulan asap. Di Trattoria Bruno ini saya menemukan tabloid Erlangen Comic Salon gratis, dengan sampul berhiaskan Batman dkk dari Justice League. Spontan saja saya ambil sekitar 8 buah.

Tidak jauh dari hotel, kami singgah di sebuah SPBU dengan mini market. Disini kami membeli beberapa botol air mineral, cemilan, dan khusus bagi saya, sebuah peta kota Erlangen. Merupakan kebiasaan, dan juga bagi sebagian orang, saya mengumpulkan peta kota-kota yang pernah saya singgahi.
Setibanya di hotel Rangau, rombongan Iman, Azisa, Is dan Galang sudah tiba. Rindu rasanya tak jumpa para kamerad ini selama 2 minggu. Maklum, selama 6 bulan sebelumnya kami intens berkomunikasi menyiapkan pameran ECS. Dan sebelumnya 7 bulan merancang program Comiconnexions. Kami bertukar cerita dan pengalaman, meski sebenarnya lebih banyak mereka yang bercerita pengalaman selama di Hamburg dan Berlin. Singkat kisah, kami semua bergembira malam itu.
bersambung....
Komentar
Posting Komentar