GINA: KETIKA KOMIKUS TURUN GUNUNG


Dipublikasikan di harian KORAN TEMPO: RUANG BACA, edisi Desember 2005

Bulan Oktober 2005 KomikIndonesia.com berulang tahun yang pertama. Perayaan ini terasa istimewa dengan diluncurkannya kembali komik pahlawan super Godam berjudul Mata Sinar X. Karya monumental alm. Widodo Noor Slamet (Wid NS) ini dicetak ulang dengan kemasan eksklusif berupa box hardcase. Tujuannya adalah menjadinya komik ini sebagai edisi koleksi yang patut dibanggakan. Namun ini bukanlah satu-satunya yang ikut meramaikan perayaan. Salah satu komikus terbaik Indonesia ikut turun gunung. Gerdi WK meluncurkan kembali tokoh pahlawan wanitanya, Gina.

GINA (2005) merupakan karya terbaru yang ditulis Gerdi WK. Berawal dari aktivitas mengisi liburan, Gerdi WK tergerak untuk ikut mendukung visi KomikIndonesia.com. Bentuk dukungan terbaik menurutnya adalah berkreasi lagi dengan petualangan GINA terbaru. “Saya ingin memperkenalkan GINA kepada generasi kini, sekaligus mengajak pembaca lama bernostalgia,”tutur Gerdi WK dalam suatu kesempatan. “Jika dulu GINA mengambil setting negeri Persia (era 1001 Malam), maka kini GINA mengambil tempat di Indonesia abad 21. Walaupun tidak eksplisit diuraikan, namun GINA baru dapat dikatakan sebagai reinkarnasi atau keturunan versi lamanya.”

Serial GINA pertama kali terbit tahun 1972 dalam episode Gina vs Siluman Ular dan berlangsung sebanyak 19 judul hingga tahun 1985 dengan judul Rahasia Istana Es. Kisah Gina yang banyak dianggap masterpiece oleh penggemarnya adalah trilogi Gurun Gobi (1975), Teratai Merah (1976) dan Vampire-vampire Laut Kuning (1976). Seperti lazimnya episode pertama, asal-usul Gina dijelaskan dalam Gina vs Siluman Ular. Sebenarnya Gina hanyalah seorang putri sultan yang diselamatkan seorang kakek tua ketika ia disiksa Putri Siluman Ular. Diberinya Gina kekuatan sakti hingga mampu terbang dan mengeluarkan sinar ampuh dari kedua telapak tangannya. Setelah mengalahkan musuhnya dan menyelamatkan keluarga serta kerajaannya, Gina terpanggil untuk membantu umat manusia. Ia berkelana ke berbagai negeri, termasuk ke Mesir dan beberapa negeri lain.

Pemilihan tokoh wanita merupakan ekspresi untuk membuat sesuatu yang beda (saat itu tokoh komik didominasi pria). Pakaian dan asesoris yang dikenakan Gina juga tanpa pemikiran rumit. Hanya disesuaikan dengan setting lokasi dan waktu. Perawakan fisik Gina juga tidak mengambil model siapapun. “Saya hanya ingin menggambar wanita dengan wajah cantik, tegas dan tegar. Saat itu saya belum mempunyai pacar, apalagi istri, untuk dijadikan model,” Gerdi WK menjelaskan saat ditanya sumber inspirasinya.

GINA (2005) tidaklah sekedar nostalgia. Gerdi WK ingin merangkul pembaca muda dengan memberikan petualangan tokoh utama gadis berusia 19-20 tahun. Berbagai problema kehidupan remaja beranjak dewasa, sembari menolong umat manusia dengan kekuatan saktinya. Usaha keras Gerdi WK terwujud dalam kehidupan Dina. Ia berpakaian modis selayaknya remaja pada usianya, lengkap dengan berbagai pernak-pernik yang feminin. Ia pun belum mengenakan kostum unik, selayaknya Gina sang pendahulunya. Komik baru ini juga menunjukan buah tangan Gerdi WK semakin menuju ke arah kesempurnaan. Secara historis, ilustrasi Gerdi WK mencapai puncak pada awal 1980-an. Tapi GINA (2005) memperlihatkan bahwa ilustrasinya jauh lebih sempurna jika dibandingkan dengan karya-karya di masa lampau. Bahasa tubuh dan ekspresi wajah para tokohnya tampak lebih indah dan lebih ‘hidup’. Gina secara kilas balik kerap muncul dalam buku komik ini, termasuk dalam alam bawah sadar Dina, yang secara tidak langsung memberi bimbingan kepada Dina.

Kesempurnaan visual ini terjadi karena Gerdi WK tetap aktif didunia desain grafis. Selain bekerja sebagai ilustrator, ia juga aktif menggambar berbagai ilustrasi majalah dan buku anak-anak. Ia pernah menjadi ilustrator buku serial Wali Songo (Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) dan mengisi serial komik di Majalah Ananda (awal 1990). Beliau juga membuat komik Sangkuriang, Si Kabayan serta Si Kabayan dan Iteung Tersayang (Grasindo, 1998 dan 1999).

Gerdi WK belum mulai menggarap kisah lanjutan Dina dalam pencarian identitas diri. “Serial baru Gina akan berfokus pada usaha Dina dalam menerima takdirnya sebagai pewaris Gina. Ia juga akan belajar mengendalikan kekuatannya, memahami problematika kehidupan, bertualang, dan bertemu dengan kawan serta lawan baru. Ada terpikir beberapa tokoh masa lalu Gina dibawa ke masa kini. Namun masih terlalu dini untuk membicarakannya. Saya memiliki beberapa ide, tapi belum dituangkan kedalam kertas. Yang pasti saya ingin menunjukan kepada masyarakat bahwa komik Indonesia masih hidup. Sudah terlalu lama anak-anak kita mengkonsumsi komik-komik asing. Semoga GINA (2005) mendapat tempat dihati penggemar baru dan lama. Saya juga berharap rekan-rekan komikus muda terpanggil untuk berkreasi lagi dan kita semua ikut membangun kembali dunia komik Indonesia”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR SEJARAH PERANG DUNIA II MELALUI KOMIK

USAI BAHARATAYUDHA