Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2009

FAVOURITE ALBUMS 2009

Favorit? Ya, memang favorit karena inilah album-album yang paling sering saya putar selama tahun 2009. Mungkin bukan yang terbaik, tapi ini yang paling digemari. Urutan tidak berdasarkan peringkat. Murni seingatnya. Daftar di bawah terbatas pada album-album yang sempat saya peroleh. Sayangnya ada banyak album 2009 yang saya belum miliki atau dengar seperti Transatlantic, John Mayer, Michael Buble, Jamie Cullum, Norah Jones, Them Crooked Vultures, Barbra Streisand, dll. Indonesia: 1. Efek Rumah Kaca-Kamar Gelap 2. Chandra Satria-Ingatlah Diriku (sayangnya cuma 4 lagu) 3. Lala-Stars 4. The Trees and The Wild-Rasuk 5. Jubing Kristanto-Delman Fantasy 6. Vierra 7. Tika-The Headless Songstress 8. RAN-Friday 9. Anda-In Medio 10. Endah ‘n Rhesa-Nowhere To Go Asing: 1. Katy Perry-One of the Boys 2. Steven Wilson-Insurgentes 3. Gino Vannelli-A Good Thing 4. OST Bandslam 5. OST (500) Days of Summer 6. Muse-The Resistance 7. Florence and The Machine-Lungs 8. Taylor Swift-Fearless 9. Colbie Caillat

GINA: LAILA

Gambar
Judul: GINA: LAILA Pengarang: Gerdi WK Penerbit: Anjaya Books Tahun: 2009 Jumlah halaman: 203 Setelah 25 tahun tidak mengudara (maksudnya terbang, bukan siaran radio) Gina kembali menyapa kita dengan,”Apa kabar? Lama tak jumpa.” (halaman 8). Inilah pertama kalinya Gina datang dengan cerita utuh dan sebagai tokoh utama. Sepanjang 203 halaman, dengan kertas berukuran nyaris standar komik Amerika, sang penciptanya Gerdi Wiratakusuma (biasa dikenal dengan Gerdi WK) memperlihatkan kemampuannya yang semakin sempurna. Gina: Laila dikemas secara mewah, hard cover dan sampul jaket. Walau tampil setelah 25 tahun, sebenarnya Gina sempat hadir cameo. Seorang gadis metropolitan abad 21 dipercaya sebagai pewaris kesaktian Gina. Ia yang bernama Dina sempat tampil sebanyak dua edisi di tahun 2005 dan 2006. Gerdi WK ketika itu menampilkan sosok gadis remaja yang sempat tidak siap dengan anugerah yang diterima. Jiwa kepahlawanannya tampil begitu saja, terpanggil melihat berbagai masalah di sekitar lingk

BUS RAPID TRANSIT (BUSWAY) part 2: BOGOTA, MEXICO CITY, GUADALAJARA & PEREIRA

Pertengahan Oktober 2009 selama dua minggu saya ikut serta dalam rombongan studi banding penerapan bus rapid transit (alias busway) di 4 kota di dua negara: Mexico City dan Guadalajara (Meksiko), serta Bogota dan Pereira (Kolombia). Tujuan studi banding ini untuk melihat penerapan busway di 4 kota tsb, bagaimana mereka menangani masalahnya, membandingkannya dengan masalah bus rapid transit/ busway DKI Jakarta, dan menindaklanjutinya sesuai dengan kapasitas masing-masing peserta. Oya pesertanya terdiri dari perwakilan ITDP Indonesia, DPRD DKI Jakarta, TransJakarta Busway, Bike To Work, Suara TransJakarta (komunitas pengguna busway), TVOne, Kompas, Green Radio, serta kami sendiri. Ada beberapa fakta menarik hasil studi banding ini. Saya akan menceritakannya satu per satu. Agency (pengelola) busway di 4 kota ini berada di bawah Pemerintah Kota masing-masing. Sama seperti Transjakarta Busway di bawah Pemerintah Provinsi (karena DKI adalah kota merangkap provinsi) DKI Jakarta. Judul bentuk

BUS RAPID TRANSIT (BUSWAY) part 1: DKI JAKARTA

Salah satu transportasi umum yang paling populer di DKI Jakarta dalam 5 tahun terakhir adalah bus rapid transit (BRT) yang lazim dikenal dengan nama Busway. Diselenggarakan oleh TransJakarta Busway, yang merupakan agency BRT di bawah Dinas Perhubungan, DKI Jakarta. Melihat betapa mendesaknya penanganan kemacetan kota Jakarta, tidak heran jika banyak pihak yang memperhatikan dengan teliti kinerja Busway. Kebetulan dalam setahun terakhir saya aktif menggeluti sepak terjang TransJakarta Busway, serta berbagai problema transportasi massal, saya terpanggil untuk menuangkan buah pikiran dan berbagi dengan para pengguna jasa publik ini, termasuk mereka yang belum menggunakan jasanya. Banyak yang tak menyadari bahwa busway (gampangnya busway aja ya, dibanding BRT) sesungguhnya adalah konsep sistem kereta api dalam bentuk bus. Bayangkanlah suatu sistem kereta api, lengkap dengan lokomotif, gerbong, stasiun, sistem tiket, sistem kendali, lampu kendali, dll. Sudah? Setelah terbayang, gantilah lok

SATORU SHIONOYA GROUP

Ketika jadwal penampilan Dji Sam Soe Super Premium JakJazz 2007 dirilis, banyak yang asing dengan nama para artisnya. Satoru Shionoya (Jepang) termasuk satu diantaranya. Warna musik dan kiprahnya tak banyak dikenal. Namun penampilan Satoru Shionoya Group pada Jum’at malam, 23 Nov 2007 mengubah keraguan penonton. Band beranggotakan lima musisi ini membuat penonton terus bergoyang, berdecak kagum, dan tak meninggalkan arena hingga mereka tampil lagi untuk sebuah encore. Satoru Shionoya Group hadir berkat The Japan Foundation bersama seluruh personil yang melahirkan album Hands of Guido (2006), dan juga memainkan hampir semua tembang dalam album tsb. Satoru (grand piano), Yoshito Tanaka (gitar, produser), Katsumi Hirashi (bass), Eiji Tanaka (drum) dan Masatoshi Kainuma (perkusi) membuktikan bahwa janji mereka saat konferensi pers tidaklah omong kosong. Kelima musisi mempertontonkan kemahiran bermusik tingkat dunia, dengan ketrampilan tingkat tinggi dan luasnya wawasan musik diluar musik j

KOOL & THE GANG

dipublikasikan di majalah Sound Up edisi Desember 2007 Lupakanlah artis yang lain, karena malam ini milik Kool & The Gang. Mungkin kalimat ini terasa provokatif, tapi benarlah kenyataannya. Minggu, 25 Nov 2007, pada malam terakhir JakJazz 2007, penampilan Kool & The Gang adalah yang paling dinantikan. Penonton sudah mengantri penuh di semua pintu masuk, dan rasanya antrian tak kunjung habis. Pertunjukan sempat terlambat karena sedang perbaiki sound system. Sebelumnya saat Don Grusin manggung, ada beberapa gangguan. Semoga saja gangguan ini tidak separah penampilan perdana Kool & The Gang di Jakarta tahun 1983. Kool & The Gang langsung mengajak penonton bergoyang dengan Fresh. Formasi band yang sudah jauh berubah sejak masa keemasannya dua dekade lalu, tidak tampak ada penurunan. Robert ‘Kool’ Bell (sax), Khallis Bayyan (dulu bernama Ronald Bell; bass), dan George Brown (keys), didampingi 9 personil lainnya seakan tak ada matinya. Dengan deretan musisi yang atraktif, ras

DIAN PRAMANA POETRA-Live in Concert

DIAN PRAMANA POETRA-Live in Concert: I Like Monday, Hard Rock Café Jakarta, 9 Agustus 2004 Akhirnya setelah sekian tahun vokalis/ komposer/ musikus legenda Indonesia, DIAN PRAMANA POETRA manggung dihadapan para penggemarnya. Tampil beserta musisi kaliber atas dan sederet bintang tamu, Dian PP mampu menyanyikan belasan lagu dengan aransemen baru yang terasa segar dan bersemangat. Acara dimulai jam 23.00 WIB dan Dian PP langsung menghentak dengan Kubawa Kau Serta. Aransemen jazzy lagu lawas ini benar-benar membuat kerinduan masa awal karir Dian PP terlunasi. Setelah menyapa para penonton, Dian melanjutkan dengan hit pertamanya Melati Di Atas Bukit. Lagi-lagi dengan aransemen baru membuat kita takjub menyaksikan bagaimana seorang Dian tak kunjung kehilangan kreativitas. Penonton tak henti-hentinya bernyanyi bersama dan ini membuat Dian juga terpesona. Maklumlah mereka yang berdiri di hadapan panggung termasuk generasi muda. Generasi yang mungkin malah belum lahir atau balita saat Melati d

ASTERIX AND THE CLASS ACT

ASTERIX AND THE CLASS ACT (Goscinny & Uderzo, Orion, 2003, ISBN 0752866400) Buku yang diterbitkan dalam bahasa Inggris ini sebelumnya diterbitkan dalam bahasa Perancis tahun 1993. Hingga kini belum diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Walaupun terbit dalam format buku tahun 1993, hampir semua cerita Asterix disini sudah pernah terbit sebelumnya dalam berbagai kesempatan. ASTERIX AND THE CLASS ACT merupakan kompilasi 14 komik strip Asterix sejak tahun 1962 hingga komik strip yang khusus dibuat Uderzo dalam rangka kompilasi ini. Halaman pertama berisi rangkaian kegiatan Vitalstatistix, sang kepala desa, saat konferensi pers dalam rangka penerbitan Asterix and the Class Act ini. Hanya satu halaman, dan Vitalstatistix menjawab berbagai pertanyaan hadirin selayaknya seorang bintang. Episode pertama, Asterix and the Class Act, sebanyak dua halaman pertama kali terbit di majalah berbahasa Perancis, Pilote #363, tgl 6 Okt 1966. Goscinny menulis kisah ini bertepatan dengan dimulainya tah

CITRA JAKARTA HARI INI

Gambar
dipublikasikan pertama kali di Koran Tempo, suplemen Ruang Baca, 28 Juni 2009 “Jalan macet, copet, polusi udara, jalan berlubang, lalu lintas tak teratur, hingga banjir….” Mungkin tak banyak yang mengetahui pada tanggal 8 hingga 18 Juni 2009 lalu terdapat galeri poster di Sudirman City Walk, Jakarta. Mengambil tema Jakarta Oh Jakarta, sedikitnya ada 80 karya dari berbagai penjuru negeri yang ikut serta. Namun hanya 39 buah yang dipilih untuk ditampilkan. Galeri karya yang diadakan oleh Akademi Samali sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru. Sudah terlalu banyak kritik dan keprihatinan akan kondisi kota Jakarta hari ini dalam aneka bentuk. Mulai dari lukisan, karikatur, puisi, liputan media, keluhan masyarakat, bahkan hingga coretan graffitti di tembok jembatan layang. Sebagian masyarakat juga sudah mulai apatis, meski sebagian sisanya tetap optimis. Diadakan bersamaan dengan ulang tahun kota Jakarta di bulan Juni, partisipasi yang singkat dan kecil ini memiliki arti pe

90 TAHUN RA KOSASIH: BAPAK KOMIK INDONESIA

Gambar
dipublikasikan pertama kali di harian Koran Tempo, suplemen Ruang Baca, 26 April 2009 Dalam waktu dekat akan diterbitkan Mahabharata, komik wayang karya (alm) Teguh Santosa yang pernah terbit sebagai bonus Majalah Ananda sekitar tahun 1980-an. Berbicara tentang komik wayang tak bisa dilepaskan dari RA Kosasih, legenda komikus yang populer dengan deretan komik wayangnya. Tanggal 4 April 2009 beliau memasuki usia ke-90 tahun, suatu usia yang sangat langka bagi kebanyakan manusia saat ini. Keadaan ini menjadi lebih mengagumkan bagi mereka yang sering berjumpa beliau. Sangat mudah baginya mengingat kiprah awal karir, kesulitan saat mengadaptasi kitab Mahabhrata yang legendaris, hubungannya dengan penerbit Melodie dan Maranatha yang membesarkan namanya, hingga perkembangan industri komik masa kini. Beliau bahkan dapat mengoreksi suatu pernyataan atau informasi yang keliru. Berapa banyak manusia di usia lanjut sepertinya memiliki kesehatan ingatan seperti RA Kosasih? Mereka yang dibesarkan p

TRAGEDI KORBAN PERANG DALAM NOVEL GRAFIS

Gambar
dipublikasikan pertama kali di harian Koran Tempo, suplemen Ruang Baca, 25 Januari 2009 Mampukah komik menggugah nurani demi perdamaian? Banyak media mewartakan serangan militer Israel ke wilayah Gaza serta kondisi para korban, mulai dari media elektronik, cetak hingga internet. Cerita bergambar, atau komik dalam istilah populernya, ikut menjadi media yang merefleksikan tragedi kemanusiaan ini. Visualisasi dapat menjadi lebih dramatis, terutama karena ’pengendalian waktu’ berada di tangan pembaca. Mengamati sebuah panel gambar, dengan teks di dalamnya, berlama-lama dan berulang-ulang, dapat menggugah emosi dan empati secara signifikan. Karena muatan pesan di dalamnya, banyak komik dengan tema tragedi kemanusiaan ini tampak berbeda dengan kebanyakan komik pada umumnya. Faktor ini juga berimbas pada penataan panel, teknik gambar, gaya bercerita, bahkan dimensi ukuran buku. Aneka perbedaan ini membuatnya dikategorikan sebagai novel grafis, dimana komik tak lagi sebagai bacaan ringan yang

LEGION OF SUPER HEROES: KETIKA SUPER HERO REMAJA BERMAIN POLITIK

Gambar
Dipublikasikan pertama kali di harian Koran Tempo, suplemen Ruang Baca, Desember 2008 Penonton saluran Cartoon Network tentunya mengenal serial animasi televisi Legion of Super Heroes (LSH) yang hadir dua kali seminggu. Tampak sekelompok remaja jagoan super abad 31 bergabung membasmi kejahatan di seantero galaksi. Dua puluh lima remaja berkekuatan super ini berasal dari berbagai planet dari ribuan tata surya. Masing-masing memiliki kekuatan unik yang kadang dimiliki seluruh bangsa di planet asalnya, karena kekuatan super tsb bagian dari genetika mereka. Faktor kepribadian, kepemimpinan, dan kerja sama tim yang membuat mereka terpilih bergabung dalam LSH. Belakangan Superboy (tokoh Superman di saat remaja) juga bergabung. Serial animasi LSH adalah adaptasi dari serial komik terkenal yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Terinspirasi dari konsep Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), diciptakanlah sekelompok remaja untuk bersatu melawan ancaman semesta. Pada awalnya Cosmic Boy, Saturn Girl,

BELAJAR SEJARAH PERANG DUNIA II MELALUI KOMIK

Gambar
Dipublikasikan di harian Koran Tempo, suplemen Ruang Baca, Juni 2008 Bagi mereka yang tak pernah lepas dari komik, baik komik Indonesia maupun mancanegara, tentunya tidak asing dengan tema peperangan. Mulai dari biografi para pejuang dan pahlawan, serta roman fiksi dengan setting suasana perang. Namun diantara itu semua tidak banyak yang berfokus pada kronologis peristiwa perang, terutama Perang Dunia II (PD II). Baru-baru ini penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) menerjemahkan dan menerbitkan rangkaian komik sejarah PD II sebanyak enam buku, berfokus pada keterlibatan Amerika Serikat dalam pertempuran melawan Jepang dan Nazi Jerman. Serial komik sejarah perang yang sebelumnya diterbitkan oleh Osprey Publishing, Inggris, 2007, untuk pasar usia pembaca 9 hingga 12 tahun ini terbilang menarik bagi siapa saja yang ingin mengenal PD II. Dikemas dalam ukuran standar komik Amerika, dengan ilustrasi dan variasi susunan serta bentuk panel yang juga khas komik Amerika, serial komik sejara

MENYADUR SASTRA PROUST KE DALAM KOMIK

Dipublikasikan pertama kali di Koran Tempo, suplemen Ruang Baca, 27 April 2008 "Kini generasi muda Perancis tertarik membaca novel Marcel Proust" Komik terjemahan asing kembali meramaikan khasanah komik di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung kali ini sastra legendaris karya Marcel Proust (Perancis) disadur dalam format visual, alias komik. Adalah komikus Stephane Heuet, juga dari negeri yang sama, yang bertanggung jawab atas terbitnya serial A la Recherche du Temps Perdu. Diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), yang bekerja sama dengan Pusat Kebudayaan Perancis (CCF), dengan judul Mencari Masa Silam: Kisah Cinta Swann jilid 1. Disela-sela peluncurannya hari Senin, 7 April 2008, Heuet yang didampingi komikus senior Indonesia, Dwi Koen, menceritakan latar belakang obsesinya mengadaptasi sastra kelas berat karya Proust. Sebagaimana kebanyakan generasi muda, ia juga mengalami kesulitan memahami Proust semasa mudanya. Saat menginjak dewasa, barulah ia menyadari betapa

FABLES

Gambar
Dipublikasikan pertama kali di harian Koran Tempo, suplemen Ruang Baca, 19 Juni 2005 ….and they don’t live happily ever after…...... Saat pertama kali terbit di tahun 2002, serial graphic novel Fables meraih dua penghargaan Eisner Awards 2003 (kategori Best New Series dan Best Serialized Series), salah satu pemberi penghargaan tertinggi di bidang komik. Buah karya masterpiece dari Bill Willingham dan diterbitkan rutin setiap bulan oleh Vertigo Comics (salah satu divisi dibawah grup DC Comics) ini menjadi fenomena dan dibicarakan banyak orang. Bahkan kini cetakan pertama dari edisi perdananya bernilai sekurangnya USD 50 di kalangan kolektor. Namun apa sebenarnya yang membuat Fables fenomenal? Anda pasti ingat berbagai tokoh dongeng semasa kanak-kanak, atau cerita dongeng yang biasa anda bacakan sebelum anak tidur, atau bahkan film animasi yang ada di layar lebar dan televisi. Bill Willingham melakukan reengineering pada seluruh tokoh dan dunia dongeng itu. Alkisah semua tokoh dongeng s