Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2010

NGGA IKHLAS, NGGA BERKAH

Dalam enam bulan terakhir saya mendengar berita mengejutkan perihal karir tiga orang sahabat terdekat. Bagi saya pribadi, perubahan dan keputusan yang mereka alami membuat sedikit-banyak rasa bersalah pada diri saya. Mungkin dalam kenyataannya saya tidak punya andil apapun dalam, katakanlah cobaan, karir mereka tsb. Namun tetap saja saya merasa punya peran, meski sedikit apapun. Beberapa tahun lalu saya mengalami peristiwa serupa. Saya mengambil keputusan yang mengejutkan semua keluarga dan sahabat dekat: mengakhiri karir yang sudah dibangun lebih dari 10 tahun. Suatu keputusan paling berat dan bersejarah yang pernah saya lakukan dalam karir. Saya yakin saat itu keputusan terbaik, setidaknya untuk diri pribadi, dan insya Allah untuk keluarga. Ada beberapa latar belakang yang mendasari keputusan itu. Selama beberapa tahun sebelumnya saya bekerja sebagai....katakanlah sebagai seorang dokter yang bertugas untuk menyehatkan pasiennya. Mulai dari mendiagnosa, menganalisa, memberi obat yang

AFTERSHOCK

Gambar
Satu film wajib tonton di tahun 2010 adalah Aftershock, karya sutradara Feng Xiaogang yang saat ini menduduki peringkat pertama box office di RRC. Menembus angka RMB 100,000 dalam tiga hari tayangan perdana sejak 22 Juli 2010, menjadikannya pemegang rekor penjualan tiket di dalam negeri sepanjang masa. Film dengna anggaran USD 20 juta ini juga tersedia dalam versi IMAX. Mengambil latar tahun 1976 ketika kota Tangshan diluluhlantakaan gempa bumi berkekuatan 7.8 skala Richter. Seluruh bangunan di kota itu ambruk hanya dalam waktu beberapa detik, meninggalkan 240.000 korban jiwa dan ribuan lainnya kehilangan saudara dan tempat tinggal. Feng Xiaogang membuka adegan film dengan kerumunan capung yang berbondong-bondong terbang. Mungkinkah naluri mereka sudah mengatakan akan ada bencana alam dahsyat? Seluruh warga kota Tangshan, yang mayoritas buruh industri pabrik, tak pernah membayangkan guncangan hebat yang akan menjadi kenangan buruk selama-lamanya. Terjadi di malam hari, saat kebanyakan

THE PLACE PROMISED IN OUR EARLY DAYS

Gambar
Film yang berjudul asli Kumo No Mukou Yakusoku No Basho ini termasuk film yang saya tonton selama Japanese Animation Film Festival 2010. Sebuah karya dari Shinkai Makoto yang dirilis tahun 2004. The Place Promised In Our Early Days (PPOED) mengajak penonton bertualang ke sebuah kisah fiksi ilmiah, persahabatan, dan percintaan selama 91 menit. Alkisah negara Jepang terpecah menjadi dua: Jepang yang bersekutu dengan Amerika Serikat di sisi Selatan, dan Union di sisi Utara. Keduanya berbeda ideologi dan berada pada sebuah perang dingin. Belum ada perang fisik sepanjang sejarah keduanya sejak terpisah. Pada Union dibangun sebuah monumen beton pencakar langit yang tingginya menembus awan, hingga hilang dari pandangan. Monumen inilah yang menjadi pemisah kedua negara, dan kemisteriusan monumen menjadi legenda dan akhirnya menjadi mitos. Tak ada seorang pun warga Jepang yang berhasil mendekati monumen untuk sekedar mengisi rasa ingin tahu. Dua orang sahabat karib, Hiroki dan Takuya, tinggal

5 CENTIMETERS PER SECOND

Gambar
Salah satu film animasi Jepang yang saya saksikan di Japanese Animation Film Festival 2010 adalah 5 Centimers Per Second (5cm/sec) karya Shinkai Makoto, 2007. Sebuah kisah drama romance yang sangat indah dan menyentuh kalbu, dan hingga akhir film saya masih kagum atas usaha Shinkai menyajikannya dalam bentuk film animasi. Wajar rasanya, mengingat kisahnya sangat mungkin disajikan dalam bentuk film standar. Film 5cm/sec terdiri dari tiga babak: Bunga Sakura, Cosmonaut, dan 5Cm per Detik. Menceritakan Takaki, seorang pemuda sebagai tokoh sentral, dengan fokus cerita pencarian angan dan hasrat. Babak pertama, Bunga Sakura, dibuka dengan kisah masa kecil Takaki yang semasa sekolah dasar memiliki seorang sahabat perempuan, Akari. Keduanya memiliki kesehatan yang lemah, sehingga kerap menghabiskan waktu di perpustakaan saat seluruh rekannya berolah raga. Keduanya pun termasuk introvert, dan jarang bergaul dengan teman sekolah yang lain, sehingga keduanya pun akrab. Kemana mereka pergi, sel

GEPPETTO: SANG RAJA BONEKA KAYU

Gambar
Penggemar cerita dongeng umumnya mengenal Geppetto sebagai seorang kakek tua yang kesepian dan berprofesi sebagai pembuat boneka kayu. Kehidupannya yang miskin, bersahaja, dan sederhana membuatnya tak banyak punya teman. Ia tinggal sebatang kara tanpa sanak famili, hingga akhirnya ia membuat sebuah boneka kayu menyerupai bocah laki-laki. Dalam do’anya Geppetto berharap boneka kayu ini mengisi hidupnya bagaikan putranya sendiri. Boneka kayu itu diberi nama Pinokio. Sang Peri Biru mendengar do’anya dan mengabulkannya: Pinokio pun berubah menjadi boneka yang hidup. Tetap berwujud kayu, namun hidup selayaknya manusia. Kelak Pinokio berdo’a agar dapat menjadi anak laki-laki sebenarnya, terbuat dari darah dan daging. Sekali lagi Ibu Peri Biru mendengar do’anya dan mengabulkannya. Geppetto dan Pinokio pun hidup bahagia. Begitulah ringkasan kisah Pinokio sebagaimana hasil rekaan Carlo Collodi, seorang penulis cerita asal Italia di tahun 1883. Kisah ini berkembang dan dikemas beraneka rupa, nam

SNOW WHITE: TRAGEDI BUAH APEL

Gambar
Berbagai generasi lebih mengenal kisah Snow White, si gadis malang, berdasarkan cerita dongeng berabad-abad yang disadur oleh Grimm bersaudara di tahun 1857. Tokoh yang dalam versi aslinya, yaitu ceritera rakyat dari Jerman, bernama Schneewittchen sudah mampu memikat hati rakyat jelata. Gadis malang, cermin ajaib, ibu tiri yang jahat, tujuh kurcaci, apel beracun, mati suri, dan menikahi pangeran tampan. Itulah yang penggemar kenal, termasuk kita di Indonesia. Selama satu abad terakhir kisah malang berakhir bahagia ini tertanam kuat hingga akhirnya datang Bill Willingham, seorang penulis cerita asal Amerika, mengubah segalanya. Di tahun 2002 ia menerbitkan serial komik berjudul Fables, di bawah naungan penerbit DC Vertigo. Penerbit ini merupakan lini produk dari penerbit raksasa asal Amerika, yang mahsyur dengan serial Batman dan Superman. Melalui tangannya, Snow White mendapatkan roh dan kepribadian baru. Putri cantik jelita ini merupakan salah satu tokoh dongeng yang selamat dari pemb

GANGGUAN SHALAT JUM'AT

Sebenarnya gangguan ini bukanlah yang pertama saya alami, namun baru sekarang ingin menumpahkan uneg-uneg..... Dalam shalat Jum’at, sebuah shalat wajib untuk semua laki-laki pemeluk agama Islam, seseorang diwajibkan untuk mendengarkan khutbah yang disampaikan Khatib (penceramah). Khutbah ini adalah bagian tak terpisahkan dari shalat Jum’at itu sendiri. Umumnya khutbah berisi pemantapan iman, pesan moral, kisah sejarah, kondisi sosial, dan sebagainya yang relevan. Sayangnya saya tidak tahu tema apa saja yang umumnya disampaikan Rasulallah pada masanya. Namun saya asumsikan saja temanya tidak jauh berbeda dengan tujuan yang sama. Khutbah disampaikan dalam dua sesi, atau dua babak, dengan jeda istirahatnya Khatib berupa duduk beberapa saat. Selama khutbah, Khatib menyampaikannya berdiri. Dua sesi atau dua babak khutbah, saya analogikan dengan dua rakaat shalat. Mudah-mudahan saya tidak keliru menafsirkannya. Jika saya tidak keliru, artinya pahala mendengarkan dengan seksama dua babak khut

KOMIK ROMAN PERJUANGAN DALAM MAJALAH HAI

Tahun 2010 ini Indonesia sudah memasuki usia ke-65 dan ada banyak peristiwa bersejarah diabadikan dalam media cetak dan elektronik. Komik sebagai produk budaya populer menjadi media yang cocok untuk mengabadikan berbagai peristiwa bersejarah tersebut. Pengabadian yang dimaksud tentunya tidak serupa dengan karakteristik fotografi dan media audio serta visual lainnya. Perekaan ulang menjadi pendekatan yang paling memungkinkan diakomodir media komik. Jika kita kilas balik ke periode awal komik Indonesia, maka akan didapati saratnya tema perjuangan dalam bentuk komik. Baik dalam media komik strip, maupun komik buku. Kisah Pendudukan Jogja dibuat oleh Abdulsalam secara bersambung mulai 19 Desember 1948 di harian Kedaulatan Rakjat, Yogyakarta, adalah salah satu perintis komik perjuangan. Komik dalam format strip (baris) ini mengisahkan perlawanan bangsa Indonesia terhadap usaha pendudukan kembali Belanda. Sejak itu entah sudah berapa puluh (jika bukan ratus) judul komik tema perjuangan melaw

MAHAKARYA HARI INI, MAHAKARYA ESOK HARI

Dalam satu tahun terakhir kita dapati para seniman komik generasi 60-an dan 70-an berkarya kembali. Beberapa di antaranya sudah melakukannya para beberapa tahun sebelumnya, namun ada sebagian yang benar-benar ‘pendatang baru’. Bagi pembaca penggemar Hasmi, Mansjur Daman, Kelana, Gerdi WK, Hans Jaladara, Djair Warni, dan lainnya tentu sangat bergembira. Betapa tidak, karena karya terbaru para pendekar senior ini tidak saja memberi nuansa nostalgia. Mereka juga membawa angin segar dan memotivasi para seniman komik muda untuk terus berkarya. Lalu seperti apa karya mereka hari ini? Masihkah layak mendapat perhatian? Mampukah generasi muda menikmatinya, sebagaimana para pendahulu mereka? Djair Warni mempersembahkan karya terbaru dari tokoh rekaannya, Jaka Sembung, dalam judul Jaka Sembung vs Si Buta Dari Gua Hantu (Pluz+, 2010). Beberapa lembar pertama merupakan intisari bergambar dari semua judul Jaka Sembung terdahulu. Semuanya dapat dianggap sebagai nostalgia, pengembali ingatan, serta p

SENYUM TERAKHIR DI BAITULLAH

“Ya Allah, Aku bersujud menghadap-Mu, bersyukur atas semua karunia yang telah Kau berikan padaku dan keluargaku. Tidak ada sedikitpun dari apa yang telah Kau berikan yang membuatku menderita. Semuanya itu selalu mengingatkanku atas apa yang menjadi kehendak-Mu, serta apa yang menurut-Mu terbaik untuk kami semua..... Sekali lagi aku berterima kasih pada-Mu, yaa Allah, penguasa langit dan bumi, atas kesempatan yang telah Kau berikan kepada kami, hingga dalam waktu dekat aku dan istriku akan mengunjungi rumah-Mu di Baitullah.... Bimbinglah kami selalu, yaa Allah, agar kami dapat meninggalkan semua yang buruk disini, dan kelak kembali dari Baitullah membawa yang baik... Hanya dengan bimbingan-Mu kami berharap kelak menjadi manusia yang lebih baik....” Pria itu bersujud dengan air mata berlinang, tanpa seorang pun memperhatikannya. Sebuah masjid tua bersahaja menjadi saksi bisu kekhusukan dirinya di hadapan Sang Pencipta-nya. Tidak banyak umat yang sedang itikaf di masjid mungil di pinggir