THE PLACE PROMISED IN OUR EARLY DAYS

Film yang berjudul asli Kumo No Mukou Yakusoku No Basho ini termasuk film yang saya tonton selama Japanese Animation Film Festival 2010. Sebuah karya dari Shinkai Makoto yang dirilis tahun 2004. The Place Promised In Our Early Days (PPOED) mengajak penonton bertualang ke sebuah kisah fiksi ilmiah, persahabatan, dan percintaan selama 91 menit.

Alkisah negara Jepang terpecah menjadi dua: Jepang yang bersekutu dengan Amerika Serikat di sisi Selatan, dan Union di sisi Utara. Keduanya berbeda ideologi dan berada pada sebuah perang dingin. Belum ada perang fisik sepanjang sejarah keduanya sejak terpisah. Pada Union dibangun sebuah monumen beton pencakar langit yang tingginya menembus awan, hingga hilang dari pandangan. Monumen inilah yang menjadi pemisah kedua negara, dan kemisteriusan monumen menjadi legenda dan akhirnya menjadi mitos. Tak ada seorang pun warga Jepang yang berhasil mendekati monumen untuk sekedar mengisi rasa ingin tahu.

Dua orang sahabat karib, Hiroki dan Takuya, tinggal di Aomori, provinsi negara Jepang di pulau Hokkaido. Keduanya duduk di bangku sekolah lanjutan dan sering mengisi waktu liburan dengan bekerja paruh waktu di sebuah pabrik. Di pabrik inilah mereka membangun sebuah pesawat terbang ukuran kecil, dengan kombinasi mesin jet dan tanpa mesin. Mereka bercita-cita ingin menerbangkannya menuju monumen negara Union, dan melihat apa isinya. Secara kebetulan, pabrik tersebut memasok suku cadang untuk militer Jepang-Amerika dan pimpinan pabrik mendukung usaha keduanya.

Cita-cita mulai ada gangguan saat seorang gadis sahabat sekolah keduanya bergabung. Sayuri adalah gadis yang ceria, namun menyimpan misteri tersendiri. Ia kerap bermimpi masa depan, dan kadang melihat dirinya terjebak di sebuah kancah peperangan Union lawan Jepang. Di kejauhan ia melihat monumen yang menjulang tinggi. Belakangan diketahui bahwa perancang monumen tersebut adalah kakek Sayuri, yang menetap di Union. Kedua sahabat mengajak Sayuri bergabung untuk kelak terbang bersama pesawat terbang mereka.


Menjelang kelulusan mereka dari SMP, Sayuri menghilang tanpa kabar. Tidak ada yang mengetahui keberadaannya. Cita-cita dan perjuangan Hiroki dan Takuya memudar, dan pesawat terbang yang 90% rampung pun ditinggalkan. Takuya setelah lulus SMA bekerja di sebuah laboratorium militer dan menjadi peneliti fenomena dimensi paralel. Hipotesanya adalah keberadaan dunia di dimensi lain yang bersinggungan dengan dunia kita bilamana kita bermimpi dalam tidur lelap. Berbagai hasil percobaan dan teknologi mengarahkan hipotesa kepada monumen yang misterius itu.

Hiroki melanjutkan hidupnya dengan bekerja di tempat lain. Ia sering bermimpi bertemu Sayuri, yang meminta tolong untuk diselamatkan dari tengah-tengah peperangan. Namun Hiroki tak mampu berbuat apa-apa, karena ia tak mengetahui keberadaan Sayuri bertahun-tahun lamanya.


Di tempat lain, di sebuah rumah sakit, terbujur Sayuri dalam keadaan koma. Berbagai alat pantau menempel di tubuhnya. Seorang peneliti, yang juga atasan Takuya, menduga pikiran Sayuri terhubung dengan monumen Union dan hipotesa dunia dimensi paralel. Dugaannya diperkuat dengan fluktuasi hasil pantauan pada layar monitor, bilamana gelombang otak Sayuri ikut berfluktuasi saat berkomunikasi dengan Hiroki melalui mimpi. Sebuah surat ditemukan dalam barang-barang Sayuri sebelum dirinya jatuh koma. Surat itu ditujukan kepada Hiroki dan masih tersegel rapat. Atasan Takuya mengirimkan surat tersebut ke alamat Hiroki.


Takuya diberi tahu atasannya perihal keberadaan Sayuri, karena menurut catatan mereka pernah bersekolah bersama. Hiroki yang telah membaca surat Sayuri berusaha menghubungi Takuya demi menolong gadis sahabat mereka berdua.

Mampukah mereka mengeluarkan Sayuri dari rumah sakit? Mampukah Sayuri sadar dari keadaan komanya yang berkepanjangan? Lalu bagaimana dengan akhir cita-cita mereka untuk menerbangkan pesawat terbang menuju monumen Union? Apa pula hubungan sebenarnya antara pikiran bawah sadar Sayuri dengan monumen Union? Mampukah ketiga sahabat ini mencegah perang antara Union dan Jepang?


Semuanya akan terjawab pada akhir The Place Promised In Our Early Days.

Film ini, sama seperti 5 Centimeters Per Second yang dibuat juga oleh Shinkai Makoto, menyajikan gambar yang indah dan fantastis. Visualisasi mampu menyampaikan pesan tanpa perlu berkata-kata. Ditambah dengan musik yang syahdu, apalagi yang kurang?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR SEJARAH PERANG DUNIA II MELALUI KOMIK

GINA: KETIKA KOMIKUS TURUN GUNUNG

USAI BAHARATAYUDHA