CARA KILAT BELAJAR SEJARAH LEWAT KOMIK

Dipublikasikan pertama kali di harian Koran Tempo Minggu: Ruang Baca edisi Desember 2006

Because I’ve made it my mission to bring people the information they need to make wise decisions about the future of the human community. I’m only trying to save the world!”

Kalimat itulah yang terbaca pertama kali situs resmi Larry Gonick diakses. Setelah sebelumnya membuat seri komik ilmu pengetahuan, Gonick melanjutkannya dengan membuat tiga volume Kartun Riwayat Peradaban (semuanya sudah diterjemahkan dan diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia). Dengan ciri khas Gonick yang humoris, ketiga volume Kartun Riwayat Peradaban membawa pembaca mengenal asal-usul kehidupan manusia
(dimulai dari alam semesta). Pendekatan yang humoris, serta visualisasi yang cerdas, membuat kita lebih mudah mengenal berbagai peristiwa bersejarah. Pendekatan ini menampik persepsi mempelajari sejarah adalah sesuatu yang terasa membosankan. Terutama dengan media
buku-buku teks ataupun melalui bangku kuliah.

Secara cermat Gonick membeberkan peradaban manusia satu per satu. Mulai dari kehidupan manusia pra-sejarah, transaksi perdagangan tertua dengan sistem barter, Sumeria sebagai awal mula peradaban manusia, Mesir kuno, kekaisaran Cina, ajaran Buddha, kitab Mahabharata, penyebaran agama para Nabi, kejayaan dan runtuhnya kekaisaran Romawi, serta terus berlanjut hingga jatuhnya Grenada dan keberangkatan Christopher Columbus mencari tanah baru. Tak lupa Gonick menyisipkan cameo ikon komik Eropa, Asterix dan Obelix (keduanya karya Goscinny dan Uderzo), hadir meramaikan penghancuran Romawi di tahun 390 SM. Perjalanan panjang peradaban Romawi mengisi nyaris setengah buku volume dua. Sebenarnya ini tidaklah berlebihan mengingat peradaban modern bangsa Eropa dapat dikatakan berasal dari
masa kejayaan Romawi (termasuk didalamnya bangsa Yunani dan Yahudi). Berbeda dengan bangsa Timur Tengah yang peradaban modernnya dimulai sejak hadirnya agama Islam di abad ke-7, dan bangsa Asia Timur yang dimulai sejak berkuasanya dinasti Qin di daratan Cina.

Peradaban modern bangsa Timur Tengah dapat diikuti dalam buku volume tiga. Disini pemahaman awal tentang peranan ajaran Nabi Muhammad SAW menjadi penting, termasuk
pengaruhnya kepada peradaban bangsa Eropa, Afrika dan Asia. Secara cerdas dan unik, Gonick juga menyajikan kisah seputar banyaknya dinasti Cina dan Mongol. Kecerdasan ini pula yang membuatnya mampu menghadirkan ajaran Islam tanpa perlu memvisualisasi sang Nabi.
Gonick sepenuhnya paham bahwa visualisasi hanya akan menjerumuskannya ke jurang masalah, meskipun tidak punya tendensi apapun. Khusus perihal ini, kearifan dan kecermatan Gonick dalam memahami budaya Timur patut dipuji.

Ilustrasi Gonick nampak sederhana, komunikatif, imajinatif sekaligus realistis. Sangat sulit menciptakan ratusan halaman bergambar secara konsisten, dan tetap memiliki benang
merah. Secara mengagumkan Gonick memvisualisasi keragaman arsitektur, pakaian dan perhiasan, peralatan (termasuk senjata), kendaraan, dan lainnya (yang mungkin saja) hasil rekaan sendiri tanpa sumber referensi yang kuat. Sebagian fakta akurasinya diragukan. Jikapun ada yang fiktif, rasanya bisa dimaklumi karena memang sulit sekali mencari bahan referensi. Apalagi hingga puluhan abad sebelum Masehi. Kemasan yang humoris dalam format kartun seakan membuat kita ‘dibawah sadar’ sudah memaklumi jika Gonick melakukan kekeliruan secara sengaja.

Gaya bahasa Gronick yang kocak berhasil diserap dan diadaptasi dalam edisi terjemahannya. Sangatlah sulit menterjemahkan bentuk-bentuk dialog penuh canda menjadi bahasa lokal
dengan esensi yang sama. Dalam banyak kasus, gaya bahasa humor sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya. Tidaklah mudah bagi, misalnya orang Indonesia, memahami lelucon dalam bahasa, katakanlah, Inggris. Meskipun yang bersangkutan dapat berkomunikasi dengan bahasa asing tsb secara fasih. Namun memahami lelucon dalam bahasa aslinya merupakan urusan yang berbeda. Bahkan hingga hari ini kadang masih ditemukan terjemahan buku-buku pelajaran ataupun novel fiksi yang amburadul. Khusus untuk ini nampaknya topi harus diangkat kepada para penterjemah. Rasanya sulit mencari penterjemah dengan kualitas lebih baik.

Sambil membaca ketiga volume buku ini, salah satu pertanyaan yang terlintas adalah: siapakah sasaran pembacanya? Usia remaja? Mahasiswa? Orang dewasa? Siapa? Persepsi bahwa komik identik dengan bacaan anak-anak, mungkin akan membuat buku ini seharusnya dapat dipahami kelompok tersebut. Namun materi peradaban manusia, dengan ketebalan halaman dan ribuan panel gambar, rasanya sulit membuat anak-anak tertarik membaca. Gaya ilustrasi yang
unik dengan dialog percakapan yang juga unik, membuat rangkaian serial Kartun Riwayat Peradaban lebih cocok untuk pembaca dewasa. Jika ini benar, maka serial ini semakin menguatkan justifikasi bahwa media komik juga bisa dibaca oleh orang dewasa.

Dengan segala keterbatasan, rasanya pembaca pun mafhum bahwa ke-tiga buku ini hanyalah sebuah entry-point. Jika anda ingin memahami sejarah secara lebih baik, tetaplah kembali menekuni berbagai sumber naskah dan bukti sejarah. Mustahil pembaca bisa berkata,”Kini aku sudah memahami apa yang telah terjadi”. Humor itu pula yang membuat pembaca terkadang
sulit membedakan mana yang fakta sejarah dan mana yang sekedar lelucon sisipan Gonick. Keberadaan tiga volume buku komik ini memang sangat cocok sebagai pengantar kuliah sejarah.

Kini Gonick sedang mempersiapkan sekuel serial ini. The Cartoon History of the Modern World part 1: From Columbus to the U.S. Constitution sudah terbit. Sesuai judulnya
sudah dapat ditebak bahwa isinya berfokus pada sejarah bangsa Indian dan pendudukan bangsa Eropa atas benua Amerika. Selain itu Gonick juga menyisipkan sejarah Meksiko kuno, penemuan Galileo, Machiavelli dan Shakespeare, reformasi kaum Protestan, termasuk awal mula terbentuknya sistem perdagangan global. Setelah anda membaca rangkaian Kartun Riwayat Peradaban, pelajaran sejarah menjadi topik yang kembali menarik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR SEJARAH PERANG DUNIA II MELALUI KOMIK

GINA: KETIKA KOMIKUS TURUN GUNUNG

USAI BAHARATAYUDHA