KOMIK INDONESIA DALAM SATU DEKADE

diterbitkan di majalah CERGAM #2, Juni 2007

Hidup seseorang mengalami banyak perubahan dari hari ke hari. Apalagi jika dihitung mencapai rentang 10 tahun.

Dalam 10 tahun terakhir banyak sudah suka-duka yang dialami. Kita kehilangan para maestro komik seperti Teguh Santosa, Jan Mintaraga, Taguan Hardjo dan Wid NS. Coretan prestasi mereka akan selalu hidup dalam kenangan kita. Pentas komik nasional juga menyaksikan tumbuhnya gerakan komik independen (indie). Sampai dengan akhir dekade 80an, Indonesia nyaris tidak mengenal gerakan komik indie. Namun sejak pertengahan dekade 90an, fenomena ‘self create-produce-distribute-promote’ tsb berlanjut hingga hari ini. Apa yang diciptakan komik indie ini menoreh sejarah tersendiri bagi perkembangan komik nasional.

Industri percetakan komik juga mengalami pasang-surut. Tiba-tiba kita mendapati hilangnya nyaris seluruh komik nasional dari peredaran di akhir dekade 80an. Pertengahan 90an dapat dikatakan nihil, kecuali beberapa judul komik wayang yang senantiasa tersedia. Awal dekade 2000 secara perlahan beberapa judul mulai tersedia kembali seperti Si Buta Dari Gua Hantu, Gundala Putera Petir, Godam, Labah-labah Merah, serta tentunya serial Mahabharata dan Ramayana-nya RA Kosasih. Sebagian mengalami perubahan format dan teks.

Beberapa komik juga digambar ulang agar lebih sesuai dengan perkembangan zaman. Contohnya Panji Tengkorak dan Walet Merah, yang digambar ulang oleh pencipta aslinya Hans Jaladara. Beberapa tokoh komik juga di-reborn-kan seperti Gina (oleh penciptanya Gerdi WK) dan Godam (oleh Sungging putra alm. Wid NS). Beberapa talenta muda juga mulai eksis dipercaturan komik Indonesia. Sebagian dari mereka dapat dilihat karyanya dari komik strip yang terbit secara rutin harian, mingguan atau bulanan di koran atau majalah.

Fenomena lain adalah tumbuhnya berbagai komunitas komik. Katakanlah Pengajian Komik DKV, Masyarakat Komik Indonesia, KomikIndonesia.com, Komik Alternatif, dan lain sebagainya. Nyaris semuanya tumbuh dan berkembang pesat berkat adanya teknologi internet. Kini dunia semakin tak terbatas dan siapapun diseluruh belahan dunia, dapat berinteraksi atas minat yang sama, yaitu komik nasional.

Dalam 10 tahun terakhir kita juga menyaksikan berbagai pameran, lomba, kursus komik, diskusi komik, bazaar, dan sejenisnya. Walaupun pada umumnya baru terselenggara diberbagai kota di pulau Jawa, namun penyebaran ke wilayah lain hanyalah masalah waktu. Artikel yang hadir di media cetak, serta berbagai liputan dan obrolan di televisi dan radio juga menunjukan bahwa masyarakat masih memperhatikan komik Indonesia.

Media cetak lainnya juga menjadi saksi kebangkitan dan keterpurukan komik nasional. Dalam rentang 10 tahun terakhir banyak sekali majalah, format tabloid atau fanzine yang mengkhususkan diri pada komik. Sebagian dari mereka kini sudah gulung tikar, namun masih ada yang bertahan seperti majalah Sequen. Sebagian lagi memilih untuk berkarya dengan format website di internet. Dari sini berbagai informasi terkini bisa disebarkan kepada para pecinta komik Indonesia diseluruh dunia. Ada pula yang sedang menyusun one gate information untuk komik nasional seperti yang sedang dirilis www.komikindonesia.com.

Teknologi internet berperan besar bagi perkembangan komik Indonesia dalam 10 tahun terakhir. Perkiraan bahwa internet akan lebih berperan dalam 10 tahun mendatang tidaklah berlebihan. Sangat mungkin kita dapat berlangganan komik strip, atau membeli komik-komik jadul, dalam format data softcopy. Mereka yang mengumpulkan bahan studi atau skripsi juga dimudahkan. Informasi akan tersebar secara lebih cepat. Pada akhirnya kita semua berharap komik Indonesia akan mengalami perubahan positif yang lebih signifikan dalam 10 tahun yang akan datang. Hanya waktu yang dapat menjawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR SEJARAH PERANG DUNIA II MELALUI KOMIK

GINA: KETIKA KOMIKUS TURUN GUNUNG

USAI BAHARATAYUDHA