KEMBALINYA MANUSIA SUPERCEPAT



Dipublikasikan pertama kali di harian Koran Tempo, suplemen Ruang Baca, 29 November 2009

Jika selama ini Anda membayangkan seandainya punya cukup waktu untuk melakukan segalanya dalam hidup, inikah kisah tentang seseorang yang memiliki semua waktu yang dibutuhkan.


Manusia tercepat di dunia telah kembali, setelah dinyatakan hilang selama 20 tahun lebih. Mereka pembaca komik The Flash berduka cita ketika Barry Allen menjadi korban ketika dunia kacau balau saat Crisis On Infinite Earths (1985) berlangsung. Ia tersedot ke alam tanpa dimensi waktu dan tak mampu kembali. Pengorbanannya membuat dunia kembali normal sedia kala. Dunia berduka, baik kawan maupun lawan. Nama dan kostum kebesaran The Flash sejak itu diusung oleh Wally West, keponakannya yang juga mampu bergerak cepat.

Namun apakah semua sahabat, keluarga, dan lawan gembira dengan kembalinya sang legenda?

The Flash merupakan salah satu tokoh komik era klasik (golden age) yang diperbarui ketika penerbit DC Comics meregenerasi tokoh-tokohnya. Saat itu beberapa penerbit komik terkenal di Amerika merger dalam naungan penerbit baru, DC Comics. Tokoh-tokoh bawaan para penerbit lama, seperti Superman, Batman, Wonder Woman, dan lainnya menjadi andalan DC Comics dan karakternya tetap dilanjutkan. Namun ada beberapa tokoh komik yang diperbaharui, meski tetap memakai nama yang sama. Beberapa karakter dari penerbit lama yang diperbarui diantaranya Green Lantern, Hawkman, Sandman, Black Canary dan The Flash.

Apa yang diperbarui? Desain kostum menjadi lebih modern, identitas baru, latar belakang karakter baru, musuh baru, hingga dunia petualangan baru. Singkatnya, sebuah universe baru. The Flash era klasik lebih menyerupai dewa mitologi Yunani Hermes (atau Mercury dalam mitologi Romawi) abad 20, lengkap dengan topi baja dengan sayap di kedua sisinya. Mirip patung Hermes di jembatan Harmoni, Jakarta. The Flash era klasik yang diciptakan Gardner Fox (1940) jelas-jelas terinspirasi Hermes dan tidak sepenuhnya orisinil, lengkap dengan kesaktiannya. Identitas asli The Flash saat itu adalah Jay Garrick.

Saat The Flash (Barry Allen) pertama muncul tahun 1956 ia tidak langsung populer. Baru beberapa tahun setelahnya ia mampu menempati posisi penting dalam jagad DC Comics, dan memiliki fans fanatik. Barry Allen lebih dekat ke fiksi ilmiah dibanding para pendahulunya yang nyaris berangkat dari mistik atau mitos (kecuali Batman dan Superman). Ia tersimbah aneka cairan kimia, yang terkena hujaman petir, saat sedang bekerja di laboratorium. Berbagai cairan kimia mengandung listrik dari petir inilah yang memberikan Allen kecepatan luar biasa.

The Flash adalah ikon simbol kebenaran murni, karena ia tidak melihat dunia secara abu-abu. Murni hitam dan putih. Alasan inilah yang membuat DC Comics dan Geoff Johns (sang penanggung jawab kembalinya Allen) memutuskan The Flash harus kembali ke dunia nyata, karena ia memandang dunia secara berbeda dibanding para pahlawan lainnya. Dunia sudah berubah dan semakin parah usai miniseri Identity Crisis. Dalam kesehariannya Barry Allen adalah seorang ilmuwan peneliti pada S.T.A.R. Labs, yang sering bekerja sama dengan kepolisian.

Dengan perkembangan dan berbagai inovasi dalam jalinan cerita komik selama, katakanlah, 20 tahun terakhir, terdapat beberapa kekhawatiran dan bukan kegembiraan dengan kembalinya Barry Allen. Dalam wawancaranya bersama io9, Geoff Johns menanggapinya dengan,”Ketika Barry gugur dalam Crisis on Infinite Earths (1985), ia tidak beda jauh dengan karakter lainnya yang belum ‘disuntik’ dengan kepribadian dalam karakter. Bagaimana kini ia memandang rekan-rekannya yang sudah ‘memiliki’ kepribadian?”

Banyak yang berpendapat Barry Allen sebaiknya tetap dikenang sebagai seorang pahlawan legendaris yang mengorbankan nyawanya secara heroik, dibanding menghidupkannya dan kelak mencemari nilai kepahlawanannya.

Allen kini melihat dunia yang asing. Dunia yang tak dikenalinya setelah lebih dari 20 tahun. Bukankah ia akan kebingungan, bimbang, dan meragukan keberadaan dirinya di tengah-tengah kawan dan lawan? Dalam episode awal The Flash: Rebirth pun ia mengalami guncangan jiwa, karena selama dua dekade tersesat di alam tanpa batas. Wira Yulianto, yang rutin mengikuti perkembangan DC Comics, berpendapat,”Dalam sebuah dialog dengan Green Lantern (Hal Jordan) di miniseri Blackest Night #1, Barry terkejut ketika mengetahui begitu banyak temannya tewas akibat kejahatan yang semakin mengganas selama dia tidak ada, diantaranya Batman. Disitu kita bisa melihat kesedihan Barry Allen, sementara dia menghilang, banyak temannya sudah tiada dan Hal Jordan pun tidak bisa berkata ketika Barry dengan sedih bertanya bagaimana hal itu bisa terjadi dan mengapa.”

Kembalinya Allen juga membuat keberadaan speed force dipertanyakan. Speed force adalah energi lintas-dimensi, yang definisinya tidak terlalu jelas, dan menjadi sumber kekuatan mayoritas para tokoh super cepat. Speed force juga terlihat sebagai suatu ruang dimana para pelari cepat bisa melintas menyeberangi dimensi dan batas waktu. Mereka yang kekuatannya bersumber darinya akan bergantung padanya, termasuk ketika meninggal dunia. Jiwanya akan bergabung dengan speed force. The Flash bahkan dapat menyembuhkan luka dengan mempercepat proses penyembuhan tanpa mempercepat penuaan. Speed force menarik untuk dikembangkan, selayaknya ilmu sains inovatif lainnya dalam dunia film Star Trek.

Tidak hanya speed force, posisi Wally West (keponakan Allen) yang mengambil mantel The Flash usai Allen gugur juga dipertanyakan. Pembaca menganggap Wally berhasil meninggalkan bayang-bayangnya semasa menjadi Kid Flash, sidekick Allen, serta bayang-bayang pamannya di samping para pahlawan seangkatan Allen. Jika Allen kembali sebagai The Flash, lalu akan kemana Wally? Akankah ia kembali menjadi ‘pembantu’ Allen, sebagaimana dulu Dick Grayson menolak mantel Robin? “Robin akan selalu berada di belakang Batman, dan aku ingin mandiri,” saat Grayson menanggalkan kostumnya dalam serial The New Teen Titans (1984).

Geoff Johns juga lebih optimis jika The Flash diadaptasi ke layar lebar dibanding para superhero lainnya. “Kali ini ia lebih relevan dibanding saat ia aktif 20 tahun yang lalu. Bahkan hingga identitasnya tanpa kostum. Bukan karena kini ada serial televisi semacam C.S.I., namun teknologi dan dunia sudah demikian maju. Para kriminal kini bisa tertangkap karena identitas D.N.A. Barry tak mengenal D.N.A. saat ia aktif, karena saat itu belum populer,” ungkapnya.

Mari kita saksikan kembalinya manusia yang mampu berlari mengelilingi bumi sebanyak tiga kali dalam satu detik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR SEJARAH PERANG DUNIA II MELALUI KOMIK

GINA: KETIKA KOMIKUS TURUN GUNUNG

USAI BAHARATAYUDHA