BUS RAPID TRANSIT (BRT) part 3: SAFETY

Selasa, 30 Des 2009 sebuah insiden yang melibatkan busway terjadi di sekitar jalan Kramat Raya, Jakarta. Sebuah bus terbakar setelah sebelumnya tercium bau asap dari arah mesin di belakang bus. Api berhasil dipadamkan setelah menghanguskan setengah bagian belakang bus.

Ada beberapa hal yang menarik dari peristiwa ini. Diduga rotor dinamo mesin AC yang terbakar. Bukan instalasi BBG seperti yang diduga sebelumnya. Mengapa rotor dinamo AC bisa terbakar? Bus-bus AC reguler atau antar kota seingat saya belum pernah ada yang terbakar. Saya sebagai orang yang awam masalah mesin, hanya bisa menduga kebakaran akibat panas yang berlebihan dan kurangnya pemeliharaan.

Mengapa bisa panas berlebihan? Kemungkinannya hanya ada beberapa: kualitas yang buruk, atau penggunaan melebihi kapasitas. Jujur saja, saya tidak tahu merk AC yang bagus untuk bus. Jadi tidak bisa komentar. Mungkinkah karena pemakaian berlebihan? Mungkin saja sebuah mesin AC, beserta bus nya, dipakai berlebihan selama satu hari dan pada hari-hari berikutnya. Bus kurang istirahat. Jika ini benar, artinya Operator tidak punya jumlah bus yang mencukupi untuk dioperasikan. Bus dipaksakan untuk memenuhi permintaan dan jadwal headway.

Berita sempat mengatakan tidak ada alat pemadam kebakaran di dalam bus. Setahu saya setiap bus wajib dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran (atau singkatnya disebut APAR) dan setiap sebelum keberangkatan bus akan diperiksa kesiapannya. Jika ini dipatuhi, maka kemungkinan berikutnya adalah: apakah jenis dan kapasitas APAR sesuai kebutuhan dan risiko yang mungkin timbul? Ini bisa diteliti dengan memperkirakan jenis kebakaran. Mungkin saja APAR yang tersedia tidak mampu secara teknis memadamkan api yang terjadi, seperti kebakaran tempo hari.

Sebuah kebakaran bisa ditangani dengan cepat jika personil terlatih dan sigap memadamkannya. Apakah awak busway terlatih dan sigap? Ini yang saya sulit untuk meyakininya, karena untuk mengetahuinya tentunya harus melihat daftar pelatihan yang telah mereka terima. Jika ini belum dilakukan, sebaiknya para awak busway dilatih untuk menggunakan APAR dan, ini yang paling penting, tidak panik.

Pemeliharaan seharusnya dilakukan secara rutin, apalagi jika pemakaiannya tinggi seperti busway. Mungkinkah para Operator busway tidak melakukan pemeliharaan dan perbaikan secara rutin? Seharusnya Operator wajib menjaga kualitas bus, dan TransJakarta Busway punya hak dan berkewajiban untuk cek konsistensi dan kepatuhan Operator atas program pemeliharaan bus. Prinsipnya sama seperti vendor evaluation pada ISO 9000 dan bisnis franchise. Apalagi dengan brand TransJakarta yang menjadi layanan publik. Kinerja Operator sangat mempengaruhi citra brand TransJakarta. Sekarang pertanyaannya adalah: Sudahkah manajemen TransJakarta melakukan pengawasan dan audit kepada Operator?

End of part 3.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR SEJARAH PERANG DUNIA II MELALUI KOMIK

GINA: KETIKA KOMIKUS TURUN GUNUNG

USAI BAHARATAYUDHA