KEBOCORAN MINYAK DI TELUK MEKSIKO

Beberapa waktu lalu seorang teman menyarankan saya untuk membuat sebuah tulisan ringan yang dapat dibagi, dibaca, dan dijadikan pelajaran. Kebetulan selama dua bulan saya mengikuti perkembangan insiden tumpahan minyak di Teluk Meksiko, AS, yang hingga kini belum tertangani. Bahkan Presiden AS, Barack Obama turun tangan langsung dan menyebabkan ia menjadwal ulang beberapa kunjungan kenegaraan, termasuk Indonesia, karena insiden ini. Bencana tumpahan minyak ini adalah yang terburuk sepanjang masa bagi Amerika Serikat, dan kemungkinan besar akan menjadi yang terburuk sedunia mengalahkan insiden tumpahan minyak Exxon Valdez tahun 1989.

Kajian ini aslinya saya lakukan untuk kepentingan internal perusahaan, dari sudut pandang risiko (karena tempat saya bekerja bergerak di bidang yang sama, dan saya berada sebagai fungsi manajemen risiko) agar dapat dijadikan pelajaran. Berbagai data dikumpulkan dari banyak sumber, sehingga sesungguhnya saya hanya merangkaikan potongan-potongan puzzle agar diperoleh gambaran yang utuh.

Hingga saat ini tumpahan minyak dan investigasi sebab masih berjalan. Dengan demikian tulisan saya ini hanya valid pada saat tulisan ini dibuat.

BP Plc, sebuah perusahaan minyak raksasa dunia yang berpusat di Inggris, memiliki lapangan minyak berjarak 64 km dari lepas pantai Louisiana, AS, seberang New Orleans. Diperkirakan minyak mentah yang berada di kedalaman 9,6 km dari permukaan laut ini menyimpan cadangan minyak 3 milyar barrel, atau setara dengan 6 bulan konsumsi seluruh AS. Dalam melakukan pengeboran, BP menyewa Transocean sebagai pemilik rig dan melakukan pengeboran. Rig milik Transocean tsb bernama Deepwater Horizon.

Transocean telah menyelesaikan pengeboran pada kedalaman 5 km, dan dinding luar sumur (antara dinding sumur dan lapisan bumi) diberi semen sebagai penguat dudukan sumur. Agar stabil saat dilakukan pemompaan minyak. Pengecoran semen dilakukan oleh Halliburton. Pengeboran dan pengecoran sudah rampung dilakukan, sumur ditutup dan sudah siap untuk dipompa mengikuti jadwal.

20 April 2010 terjadi blow out di sumur dan ledakan gas di atas rig Deepwater Horizon, yang menyebabkan rig terbakar dan 11 orang pekerja meninggal dunia (jenazah tak ditemukan). Pemadaman diupayakan dan dua hari kemudian rig ambruk dan tenggelam ke dasar laut. Konon ledakan rig seakan matahari persis ada di atas permukaan laut. Saat rig tenggelam, pipa sumur patah di kedalaman 1,5 km dari permukaan laut dan minyak mentah mengalir keluar. Saat itu diperkirakan minyak tumpah 5.000 barrel/ hari tanpa henti. Sebuah rekaman video yang menayangkan deras aliran minyak dari pipa yang patah membuat seorang ahli perminyakan (saat itu ditayangkan saluran tv CNN) memperkirakan tumpahan 7.000 barrel/ hari.
BP sebagai pemilik lahan minyak berusaha untuk menghentikan kebocoran minyak. Dibuah dua buah chamber (bentuknya mirip dengan MCK umum) setinggi kira-kira 12 meter dengan berat 125 ton. Tujuannya untuk menampung tumpahan minyak di lokasi kebocoran dan mengalirkannya ke permukaan laut melalui pipa. Tapi usaha ini gagal setelah gas menyumbat aliran pipa.

Usaha berikutnya adalah membuat galian (relief well) secara miring sebanyak dua buah, yang akan berujung pada lokasi di bawah kebocoran minyak. Proses penggalian ini persis drilling normal dan memiliki risiko blout out yang sama. Rencananya adukan semen akan dialirkan melalui relief well untuk menutup aliran minyak. Drilling refiel well diperkirakan selama 90 hari dan akan rampung pertengahan Agustus 2010.

Sejak 22 April 2010 tumpahan minyak berlangsung terus dan sudah menimbulkan bencara bagi masyarakat AS, terutama yang tinggal di pesisir pantai Teluk Meksiko. Hewan dan tumbuhan laut tercemar dan mati, seluruh industri nelayan, makanan olahan, pariwisata, dll hancur. Ratusan ribu pekerja kehilangan pekerjaan dan sumber penghidupan.

Genangan minyak menutupi permukaan laut, dan diperkirakan pada akhir musim panas arus laut akan membawa minyak ke benua Eropa dan pantai Timur Amerika Selatan. Jika bocor terus, diperkirakan akan berhenti (minyak habis) pada Desember 2010.

Cairan dispersant (seperti detergen) sudah ditumpahkan ke permukaan laut untuk menguraikan genangan minyak. Cara kerjanya adalah memblokir kadar oksigen di sekitarnya. Teknik ini lazim digunakan, namun belum teruji untuk skala genangan dan kebocoran seperti sekarang. Diperkirakan minyak dan dispersant akan menimbulkan masalah baru, yaitu menghilangkan kadar oksigen dalam laut. Jika demikian semua binatang dan tumbuhan di sekitarnya akan mati karena tidak ada oksigen.

Berapa kerugian yang diderita BP? Angka ini bertambah terus, mulai dari ganti rugi kepada penduduk pantai, usaha penghentian kebocoran, hingga restorasi lingkungan. Jutaan dollar sih lewat.

Apa penyebabnya?

Hingga hari ini penyelidikan masih berlangsung, termasuk usaha penghentian kebocoran minyak. Hingga 14 Juni 2010 kebocoran tidak lagi diperkirakan 5.000 barrel/ hari, namun sudah menembus angka 40.000 barrel/ hari. Penyelidikan sudah dimulai, termasuk usaha yang dipimpin langsung oleh Presiden AS. Para pemimpin BP, Transocean, dan Halliburton sudah dipanggil oleh Kongres AS dan entah oleh siapa lagi.

Sejauh ini sudah ada beberapa kemungkinan penyebab ledakan dan kebocoran. Namun karena data masih dikumpulkan, semua masih bisa berkembang.

Blow out dalam proses pengeboran minyak termasuk lazim terjadi. Ada sebuah alat bernama blow out preventer (BOP) yang super besar dan setinggi rumah 3 lantai yang diletakkan di sea bed (permukaan pasir) di tengah-tengah pipa drilling. BOP berfungsi sebagai pemotong pipa dan menghentikan aliran minyak dari dalam bumi, jika terjadi blow out. Kira-kira cara kerjanya seperti gunting.

Saat rig meledak dan minyak bocor, BOP entah kenapa tak berfungsi. Ia tak mampu bekerja dan memutus aliran pipa. Hingga kini masih diselidiki penyebab tidak beroperasinya BOP, dan masih diusahakan untuk beroperasi.

Bagaimana gas bisa mengalir ke atas rig, terbakar, dan meledakkan rig? Diduga gas menjalar naik ke atas rig tidak melalui pipa, karena pipa sudah selesai drilling dan sudah ditutup. Gas diduga menjalar naik melalui adukan semen yang memperkuat dudukan dinding luar pipa. Diduga pula gas sudah menjalar naik saat semen dipompa turun, yang artinya adukan semen sudah terkontaminasi gas.

Mungkinkah Halliburton, kontraktor semen, tidak mengetahui keadaan ini? Masih diselidiki. Namun para teknisi Transocean yang berada di atas rig sudah mengetahui adanya kebocoran gas dan telah berhasil menampung cairan gas sebanyak 15 gallon (awalnya mereka memperkirakan hanya 5 gallon). Saat itu mereka tahu bahwa 15 gallon cairan gas mampu ‘membuat masalah’ dan itu diketahui tiga jam sebelum gas meledak. Masih dicari data tentang apa yang dilakukan para teknisi selama tiga jam sebelum ledakan tersebut, karena konon data primer hancur beserta ledakan rig.

Jika benar gas merayap naik melalui dinding semen, BOP tak mampu menghentikannya karena BOP bertugas untuk memotong pipa. Adukan semen berada di dinding luar pipa.
Belum diketahui pula mengapa respon para teknisi rig terlambat dalam mengantisipasi kadar cairan gas dan ledakan di atas rig. Fungsi dan peralatan monitor Deepwater Horizon terhitung canggih, dan tentunya para teknisi memiliki sertifikat dan pengalaman. Tiga jam adalah waktu yang cukup, meski sangat singkat, untuk dapat mengurangi kemungkinan ledakan.
Transocean, Halliburton, dan BP semua menyatakan telah menjalankan operasi sesuai prosedur dan regulasi. Pernyataan ini dilakukan ke hadapan Komite Energi dan Sumber Daya Alam AS tgl 11 Mei 2010.

Insiden ini juga menyiratkan ketidakmampuan BP dalam memonitor dan mengendalikan mutu (quality control) kinerja para kontraktornya (Transocean dan Halliburton). Padahal pengendalian mutu kontraktor ini sangat vital, karena pada akhirnya citra BP yang dipertaruhkan.

Kongres AS mulai menyelidiki persyaratan adminitrasi perizinan BP yang dikirim kepada MMS (semacam BPMigas-nya AS). Dinyatakan BP mampu menangani kebocoran minyak hingga 250.000 barrel/ hari. Namun menangani 10% saja saat ini sudah kewalahan. Kongres AS juga mengindikasi ada dugaan kolusi antara pejabat BP dan pejabat MMS yang mengakibatkan BP lolos dari beberapa bersyaratan administrasi. Jika terbukti benar, peristiwa ini akan mencoreng Pemerintah AS yang konon sangat ketat dalam urusan administrasi, terutama sejak kasus Enron beberapa tahun lalu. Seluruh izin baru pengeboran minyak lepas pantai dihentikan oleh Pemerintah AS.

Tidak banyak informasi tentang asuransi rig dan ladang minyak. Diketahui rig Deepwater Horizon bernilai sekitar USD 400-500 juta. Diketahui pula BP self-insured ladang minyaknya yang kini jadi pusat bencana.

Pada 11 Juni 2010 diberitakan harga saham BP di pasar modal AS sudah turun hingga 50%. Presiden AS Barack Obama baru-baru ini sudah menghubungi Perdana Menteri Inggris, meminta dukungan dan perhatian atas insiden yang dilakukan BP ini.

Kondisi insiden kebocoran minyak ini memang tidak ada apa-apanya dibanding insiden serupa di Laut Timor, yang merupakan aktivitas pengeboran Australia. Namun tidak ada informasi perihal respon yang dilakukan Pemerintah Indonesia terkait dengan kerugian yang dialami akibat kebocoran disana itu.

Kondisi ini juga jauh lebih buruk dari kebocoran lumpur yang dialami Lapindo Brantas, di Jawa Timur. Penyebabnya pun berbeda. Pada insiden Lapindo, semburan lumpur tidak muncul dari lokasi pengeboran, melainkan beberapa ratus meter atau beberapa km dari lokasi pengeboran. Dari teknik pengujian untuk mengetahui korelasi pengeboran dengan kebocoran, ternyata hasilnya negatif. Ada kemungkinan kebocoran lumpur berhubungan dengan gempa Yogyakarta yang terjadi beberapa hari sebelum pengeboran, namun tidak ada teknologi untuk membuktikan hubungannya. Lapindo Brantas menurut saya apes terkena musibah tsb.

Namun pada kedua insiden di Indonesia ini, dapat dilihat lambannya penanganan serta keputusan Pemerintah. Akibatnya dampak menjadi lebih parah, jika dibandingkan dengan penanganan yang harusnya bisa dilakukan lebih awal.

Kembali ke Taluk Meksiko, usaha penghentian kebocoran hingga hari ini masih berlangsung, dan tidak ada jaminan usaha yang dilakukan akan berhasil. Investigasi juga masih berlangsung. Bukannya tidak mungkin BP akan bangkrut karena tak mampu menangani insiden, atau kepemilikannya beralih (karena saat ini saja harga sahamnya sudah turun 50%).

AS entah sudah rugi berapa milyar dollar karena pencemaran lingkungan. Dan restorasi lingkungan ini entah berapa puluh tahun akan berlangsung. Itupun belum tentu bisa kembali ke kondisi semula.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR SEJARAH PERANG DUNIA II MELALUI KOMIK

GINA: KETIKA KOMIKUS TURUN GUNUNG

USAI BAHARATAYUDHA