BERKOMPETISI SECARA SEHAT

Beberapa bulan lalu putri saya mengikuti kompetisi di sekolahnya dan ada peristiwa menarik yg ingin saya share.

Lomba yang dimaksud adalah lomba antar sekolah se-Indonesia, dan pada sekolah anak saya dilakukannya seleksi dan pembinaan. Selama berbulan-bulan (3-4 bulan rasanya) anak-anak yg mendaftarkan dirinya ikut pembinaan. Lombanya ada banyak, namun yg diikuti putri saya adalah english speech/ presentation.

Selama berbulan-bulan itu para peserta mengikuti aneka pembinaan. Mulai dari berlatih berbicara yg benar, berlatih tampil di atas panggung, berlatih membuat presentasi dengan berbagai tema yg dipilih, berlatih berburu bahan di internet atau koran, bahkan sampai berlatih pernafasan. Putri saya rajin mengikutinya dan rajin juga berlatih di rumah.

Dengan persiapan berbulan-bulan, sudah dapat diduga bahwa calon kontestan sulit untuk disiplin mengikutinya. Pertama mulai absen, hingga akhirnya mengundurkan diri. Hingga akhirnya tinggal putri saya seorang diri.

Putri saya mampu berbahasa English dgn baik, meskipun saya mengetahui kemampuannya bukan standar perlombaan. Bisa dikira-kira ya? Her performance is good, but not a winning performance. Namun dialah satu-satunya calon kontestan yang tersisa, dan dialah yang terpilih. Masalah mulai timbul ketika menjelang akhir pembinaan, para murid yang sudah mengundurkan diri (dan lebih diunggulkan karena kemampuannya) berdatangan lagi dan berharap terpilih. Anda bisa mengira-ngira apa kisah selanjutnya.

Melalui istri saya, opini disampaikan. Setiap orang tua dan pendidik di sekolah selalu mengajarkan nilai-nilai yang baik kepada anak: kompetisi yang sehat. Apa maksudnya kompetisi yang sehat itu? Ada beberapa kriteria:

Disiplin
Kekuatan tekad
Konsistensi
Kerja keras

Singkatnya, jika kamu mau sukses belajarlah dengan tekun dan berusahalah dengan keras. Bisakah dibayangkan jika prinsip dasar itu dilanggar? Oleh pihak orang tua dan sekolah pula! Kompetisi yang sehat ngga akan terwujud, dan paradigma anak akan prinsip-prinsip dasar itu akan rusak. Kelak janganlah heran jika di masa depan prinsip hidup anak kita akan berantakan.

Akhir cerita terpilihlah putri saya mewakili sekolahnya. Dan seperti yang saya duga, putri saya gugur di babak semifinal meski dia sudah menampilkan yang terbaik. Saya melihatnya itu sebagai pelajaran baginya: jika kamu ingin juara, kamu harus berlatih keras, konsisten, dan sungguh-sungguh. Di atas langit selalu ada langit. Dan benar saat itu kontestan dari sekolah lain juga sangat bagus.

So please my dearest friends.... tanamkanlah prinsip-prinsip dasar berkompetisi yang sehat itu kepada anak-anak kita. Sebagai orang tua itulah tugas kita, dan terapkanlah secara konsisten. Demi terbentuknya karakter yang sehat, kuat dan sportif

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR SEJARAH PERANG DUNIA II MELALUI KOMIK

GINA: KETIKA KOMIKUS TURUN GUNUNG

USAI BAHARATAYUDHA