YES: MASIH MAMPUKAH TERBANG TINGGI?

Mungkin saya satu dari sedikit penggemar fanatik Yes yang tidak antusias dengan album terbarunya, Fly From Here (2011). Sudah dijadwalkan terbit di Jepang (Juni 2011) dan Eropa dan Amerika (Juli 2011), saya baru memesannya pada akhir Agustus 2011. Sejak pembatalan konser di Jakarta akibat insiden bom Hotel JW Marriot, saya seperti putus cinta dengan Yes. Pergi menonton mereka di Singapore pun tidak. Sejak tahun 2003 saya tidak tertarik mengetahui apapun yang terjadi dengan mereka.


Meskipun demikian dari berbagai berita saya tahu bahwa Rick Wakeman mengundurkan diri karena enggan tur maraton lagi. Sudah tua dan ingin menikmati hari tua, katanya. Kalo rekaman dan sekali-kali manggung ok saja. Kelak ia digantikan putranya, Oliver Wakeman.

Saya juga mengetahui saat Jon Anderson sakit asma parah hingga, konon, sempat dua kali mengalami ’near death experience’. Kondisi kesehatannya ini yang membuat rekan-rekannya di Yes mencari pengganti. Didapatkan Benoit David, vokalis band cover Yes, yang vokalnya mirip Jon. Konon Yes dilematis saat mengganti Jon, karena mereka dihadapkan tuntutan para promotor karena hendak membatalkan tur keliling dunia. Untuk menyelamatkan keuangan Yes dan dari tuntutan hukum, jadilah mereka rekrut vokalis baru.

Berita kembalinya Trevor Horn selaku produser juga saya dengar, termasuk insiden ’pemecatan’ Oliver Wakeman demi bergabungnya kembali Geoff Downes. Dalam sebuah wawancara Chris Squire bercerita bahwa Horn merasa canggung bekerja dengan Oliver, sementara nyaris seluruh materi album Fly From Here adalah karya Horn dan Downes semasa mereka di grup Buggles dan Yes puluhan tahun lampau.

Ada banyak komentar positif dan negatif dari penggemar setelah mendengar materi Fly From Here. Sengaja saya tidak membacanya. Namun dari rekan-rekan yang sudah menyimaknya, umumnya mereka berpendapat positif.

Kini saat album sudah di tangan (3 bulan setelah rilis) dan didengarkan berkali-kali, ingin saya berbagi komentar tentang album Fly From Here.

Album dibuka dengan title track Fly From Here sepanjang 24 menit yang dibagi menjadi menjadi lima bagian plus sebuah overture. Mereka penggemar Yes sudah mengenal lagu Fly From Here dari berbagai rekaman konser tahun 1980. Pada saat itu Yes, dengan formasi Squire, Horn, Downes, Steve Howe dan Alan White, sering membawakannya dari atas panggung. Namun lagu ini tidak pernah sempat mereka rekam dan rilis resmi, karena Horn terburu hengkang. Downes mengikuti Howe membentuk Asia tahun 1981, karena Squire dan White sibuk jamming dengan Jimmy Page. Jadilah lagu ini terlantar.

Horn mengusulkan kepada Yes untuk mengaransemen ulang Fly From Here, saat ditunjuk sebagai produser album terbaru. Dalam prosesnya ia menendang keluar Oliver, dan merekrut Geoff dari kesibukannya bersama Asia. Lagu yang sebelumnya hanya berdurasi 5 menit kini menjadi 24 menit, dan aransemen menjadi kompleks khas Yes. Bagi mereka yang menyukai album Drama (1980) akan menyukai lagu epik ini. Terasa suasana album Drama di sana-sini, meski hentakan rock tidak sekeras album tersebut. Lagu ini cukup menjanjikan bagi mereka yang rindu buah tangan magis dari para sesepuh progressive rock asal Inggris ini.

Ada yang unik dari lagu Fly From Here. Pada part 4: Bumpy Ride (karya Howe), aransemen dan permainan Yes terdengar mirip dengan gaya permainan Discus, grup progrock etnik asal Indonesia. Ngga percaya? Silakan dengar sendiri khusus bagian 4 ini dan bandingkan dengan album Tot Licht milik Discus.

Nuansa pop terasa pada lagu The Man You Always Wanted Me To Be karya Squire. Dari judulnya saja sudah bisa ditebak lagunya sangat pop. Yang membuatnya berbeda, selain warna vokal, adalah permainan gitar Howe.

Life On A Film Set (karya Horn/ Downes) adalah sebuah lagu yang mengalun lambat dan syahdu. Aransemen tergolong sederhana, dengan gitar dan kibor sebagai instrumen utama. Judulnya sendiri mengingatkan pada Into The Lens (dari Drama) yang sesungguhnya adalah lagu I Am A Camera, saat Horn dan Downes masih bersama grup Buggles. Baru setelah dua menit, tempo lagu menjadi lebih cepat, rancak, dan dinamis.

Dua lagu berikutnya adalah karya Howe, Hour of Need dan Solitaire. Yang pertama enak didengar, meski terasa sangat pop. Solitaire melanjutkan tradisi adanya lagu instrumental gitar dalam album Yes. Buat mereka yang merindukan lagu murni gitar dari Howe, inilah pengobat rindu Anda. Lagu penutup Into The Storm, dimana Oliver tercatat sebagai komposer, adalah sebuah lagu upbeat yang menyenangkan.

Secara keseluruhan album Fly From Here sangat menyenangkan, bervariatif, meski ada beberapa catatan. Entah karena struktur melodinya, atau memang warna vokalnya begitu, David terdengar sangat seperti Horn 30 tahun lalu. Baru pada Into The Storm, vokalnya terdengar mirip Anderson. Jika Anda familiar dengan karya Anderson, tentunya mahfum bahwa umumnya melodi vokalnya melantun panjang. Tidak pendek-pendek seperti di album ini.

Permainan gitar Howe masih rapi, meski tidak dipungkiri usia membuatnya tidak lagi memetik rapat-rapat pada setiap komposisi. Gebukan drum White juga masih mantap, meski tidak lagi sekeras kebiasaannya pada era 80-an. Suara bass Squire masih berdebam, tidak banyak berubah.

Lalu bagaimana dengan permainan kibor Downes? Mungkin hanya dia personil yang terdengar prima dan bervariasi. Tidak sepenuhnya hebat, karena memang usianya lebih muda dibanding White, Howe dan Squire, dan stamina yang lebih baik.

Saya tidak bisa sependapat dengan sebagian penggemar yang mengatakan album ini yang terbaik setelah 90125 (1983). Menurut saya Talk (1994) masih lebih baik dibanding Fly From Here. Jika album ABWH (1989) bisa dihitung, maka sudah pasti ini saya nobatkan yang terbaik pasca 90125.

Jika harus membandingkan antar lagu epik, saya lebih memilih Dreamtime (Magnification, 2001) atau Mind Drive (Keys To Ascension, 1998) dibanding lima part Fly From Here.

Jadi tunggu apa lagi? Belilah album Fly From Here…. Mungkin tidak se-masterpiece album lain, tapi overall it’s a very good album.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR SEJARAH PERANG DUNIA II MELALUI KOMIK

GINA: KETIKA KOMIKUS TURUN GUNUNG

USAI BAHARATAYUDHA