PELUANG DAN TANTANGAN KOMIK MENUJU MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

BAGIAN 1

Dalam PopCon Asia 2014, sebuah ajang kreasi seputar komik, animasi, games, dan banyak lagi, saya diundang untuk menghadiri sebuah talk show. Ngga main-main, judulnya adalah ‘Preparing Publishing Industries to Face AFTA.’ Pembicaranya adalah Hikmat Darmawan (Indonesia-penulis, jurnalis, kurator, editor, banyak deh), Lim Cheng Tju (Singapore-profesi seperti Hikmat), dan Peter van Dongen (Belanda-komikus Rampokan Jawa dan Selebes). Lalu saya hadir sebagai apa? Ternyata sebagai tugas yang paling berat, yaitu moderator. Cukup lega karena ketiga narasumber sudah saya kenal bertahun-tahun, dan kami mudah berkomunikasi untuk persiapan.

Singkat kata saya membaca banyak berita dan referensi jurnal ilmiah seputar Masyarakat Ekonomi ASEAN mulai akhir tahun 2015. Perihal AFTA (ASEAN Free Trade Area) saya sudah mengetahuinya sejak akhir dekade ’90-an. Akhir-akhir ini juga sering mendengar wawancara radio Prof. Hora Tjitra di Radio Brava 103.8 FM Jakarta. Beliau adalah pakar psikologi terapan dan sering membahas kesiapan Indonesia menuju era globalisasi. Sering juga dia membahas berbagai karakter budaya dan industri negara-negara tetangga. Secara khusus bahkan saya membeli bukunya, Pemimpin dan Perubahan (2014) yang ditulisnya bersama Juliana Murniati dan Prof. Hana Panggabean. Nama yang terakhir kebetulan sahabat baik saya semasa SMA.

Sungguh suatu topik yang berat untuk dibahas. Waktu yang diberikan di Popcon Asia pun terbatas, hanya satu jam. Talk show akan diadakan pada hari Sabtu, 20 September 2014, panggung utama PopCon Asia 2014. Sebisa mungkin esensi talk show dapat dipahami para hadirin, terutama karena keterbatasan waktu.

Usai talk show, saya menyadari ada banyak isyu seputar tema yang sebaiknya dibahas lebih dalam. Karena itu saya mencoba untuk mencari tahu lebih banyak, serta berbagi dengan rekan-rekan. Pembahasan di sini mungkin terasa ringan dan singkat. Sangat saya sarankan rekan-rekan menambah wawasan dari referensi lain.

APA ITU MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015?
Merupakan bagian dari AFTA dan dimulai akhir 2015 nanti. Disepakati para pemimpin negara ASEAN pada akhir dekade 90-an dengan tujuan meningkatkan daya saing industri dan ekonomi ASEAN di mata dunia. Terutama untuk bersaing dengan dominasi China, Korea Selatan, Jepang, dan India. Nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain dalam Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. Tidak hanya arus perdagangan barang dan jasa yang terbuka. Namun juga pasar tenaga kerja profesional seperti dokter, pengacara, akuntan, arsitek, koki dan lainnya. Termasuk di dalamnya tenaga kerja komunikasi visual seperti komik.

Namun agar lebih jelas, sudah ada 8 profesi/ bidang yang disepakati dalam Mutual Recognition Agreement, yaitu: medical, dentistry, nursing, engineering, accounting, architecture, surveyor and tourism. Komik nggada ya? Desain visual, grafis, dan sejenisnya apakah termasuk? Nampaknya tidak. Namun kondisi tsb tak menghalangi kenyataan bahwa pasar ekonomi ASEAN mulai terbuka, dan para profesional dapat berkarir lintas batas negara. Apakah 8 bidang tsb sudah final? Belum tentu. Seiring perkembangan waktu, jumlah bidang akan ditinjau lagi (alias bisa bertambah).

KOMIKUS KOMIK CREATOR OWNED & KOMIKUS SPESIALISASI
Pada dasarnya ada dua jenis komikus. Satu adalah komikus yang membuat komik creator owned, dan satu lagi adalah komikus spesialisasi (work for hire). Dua jenis ini harus dipahami betul, dan keduanya sama-sama penting. Setiap komikus bebas memilih, dan tentunya masing-masing memiliki tantangan dan peluang yang sama. Terutama ketika dikaitkan dengan topik bahasan ini, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Oleh karenanya, dalam membaca berbagai uraian di paragraf-paragraf berikutnya, harap selalu ingat bahwa secara umum semua uraian membahas kedua jenis komikus.

Komikus Komik Creator Owned mudahnya adalah komikus yang menciptakan karakter dan cerita sendiri. Di masa lalu kita mengenal nama Ganes Th dengan Si Buta Dari Gua Hantu, Dwi Koen dengan Panji Koming, RA Kosasih dengan Sri Asih, dan Hasmi dengan Gundala Putera Petir. Mereka ini contoh komikus komik creator owned.
Komikus Spesialisasi (work for hire) adalah komikus yang memilih suatu spesialisasi dalam produk komik atau dipekerjakan untuk bidang tertentu. Misalnya ilustrator, pembuat cerita, colorist, sketchboard, letterer, dan lainnya. Di Indonesia kita mengenal nama-nama seperti Ardian Syaf dan Admiranto Wijaya. Ada kalanya seorang komikus komik creator owned sesekali menjadi komikus spesialisasi. Misalnya Hasmi dan Ganes Th, pernah menjadi komikus spesialisasi, meskipun sudah membuat creator owned.

BAGIAN 2
KOMIK ASIA TENGGARA DI MATA DUNIA
Dunia sudah mengenal hasil para talenta asal ASEAN sejak beberapa dekade lalu. Tony DeZuniga (Filipina) memulai karirnya bersama DC Comics di awal dekade 60-an dengan karyanya Jonah Hex. Bisa dikatakan ia membuka jalan bagi banyak artis Filipina di Amerika Serikat. Konon legenda Indonesia, Teguh Santosa, juga pernah menjadi inker bagi Marvel Comics di dekade 70-an. Namun artis-artis ASEAN mulai banyak dikenal publik dunia (dalam hal ini, Amerika Serikat) sejak akhir 90-an. Komikus Indonesia, Chris Lie termasuk di antaranya.

Awal dekade 2000-an beberapa nama mulai muncul, meski belum ter-expose besar-besaran di Amerika Serikat, Eropa atau Jepang. Di antaranya adalah Sonny Liew (Singapura), Lat (Malaysia, meski sudah melegenda tahunan di negerinya), Harvey Talibao dan Leinil Yu (Filipina), Mansjur Daman dan Tita Larasati (keduanya Indonesia). Belakangan muncul dari negeri kita Admiranto Wijaya, Sami Basri, Ardian Syaf, Apriyadi Kusbiantoro, Sunny Gho, hingga Ariela Kristantina.

Bagaimana dengan komiknya sendiri? Sonny Liew, komikus Malaysia yang kini bermukim di Singapura, mulai dikenal dengan My Faith in Frankie (DC Vertigo Comics, 2004), Malinky Robot: Bicycle (Slave Labor Graphics, 2005), dan yang paling populer serial komik antologi Flight (Image Comics, 2005-2011). Pada serial komik antologi Flight, Sonny Liew mengundang banyak komikus, baik Amerika Serikat dan sekitar Asia, untuk membuat komik pendek dengan tema terbang. Tidak mengarah ke industri komik mainstream, Flight mendapatkan banyak sambutan positif. Terbukti ia sudah menembus nomor ke-8. Publik semakin terbuka matanya akan potensi artis komik dunia.

Sonny Liew juga menginisiasi seri komik antologi Liquid City (Image Comics, 2008-2014) yang kini sudah mencapai nomor ke-3. Liquid City bertujuan khusus untuk membuka expose talenta-talenta Asia Tenggara. Beberapa komikus Indonesia telah berpartisipasi sepeti Tita, Sheila Rooswitha Putri dan Beng Rahadian. Diterbitkan oleh major publishing Amerika Serikat dan wilayah distribusi yang luas, seri antologi ini mendapatkan pujian yang sangat besar. Lim Cheng Tju, salah satu nara sumber dalam talk show ‘Preparing Publishing Industries to Face AFTA’ adalah editor Liquid City. Melalui seri ini saya mengenal Sonny dan Cheng Tju, saat diundang untuk berkontribusi pada Liquid City #2 (2011).

Datuk Mohammad Nor Khalid, komikus Malaysia yang lebih dikenal dengan nama Lat, sudah membuat Kampung Boy (1979) dan sekuelnya, Town Boy (1981) tiga dekade lalu. Setelah itu serial komiknya diterbitkan di Inggris, dan Lat semakin populer. Diadaptasi dari kisah masa kecilnya, publik Barat mengenal kehidupan dan budaya Malaysia. Sesama anggota Persemakmuran mulai mengenal budaya, lingkungan dan kehidupan pedesaan Melayu. Selain Lat, tidak banyak komik Malaysia yang beredar di negara lain. Begitu pula dengan Singapura, selain hasil kerja Sonny Liew.

Exposure lainnya adalah melalui 24 Hours Comic Day. Sebuah gagasan yang dirintis di Amerika Serikat oleh Scott McCloud dan Stephen R. Bissette tahun 1990, di mana komikus mengerjakan 24 halaman komik dalam waktu 24 jam saja, dan ….. dilakukan serentak di seluruh dunia yang berpartisipasi. Banyak komikus Indonesia yang mengikutinya. Mereka berkumpul di sebuah tempat, atau di rumah masing-masing, dan selama 24 jam berusaha menyelesaikan 24 halaman komik. Apa tujuannya? Sebagai aksi berkarya bersama sedunia.

Goethe Institut Jakarta juga memprakarsai City Tales. Pusat kebudayaan Jerman ini mengundang beberapa komikus ASEAN dan Jerman untuk secara rutin tiap bulan membuat komik tentang kehidupan kotanya masing-masing. Inisiatif ini tidak sulit dilakukan mengingat kantor Jakarta berfungsi sebagai kantor pusat regional yang membawahi seluruh ASEAN. Bisa diakses publik dan pembaca dapat mengenal budaya lain, selain tentu saja coretan para komikusnya.

Menjelang akhir 2000-an major publishing Amerika Serikat mulai merekrut banyak komikus Asia Tenggara. Meski tidak banyak di ranah cerita, namun ada banyak nama di sektor ilustrasi, penintaan dan pewarnaan. Dari Indonesia ada Admiranto Wijaya dengan Hercules: The Thracian War (2008). Komik ini kelak diadaptasi menjadi film dengan bintang Dwayne Johnson tahun 2014. Ada juga Sami Basri dengan serial Supergirl dan Power Girl (DC Comics) dan Ardian Syaf dengan Batgirl (DC Comics). Nama terakhir yang muncul adalah Ariela Kristantina dengan spin-off seputar Death of Wolverine (Marvel Comics, 2014) dan Apriyadi Kusbiantoro dengan Lemuria (2014) yang terbit di Belanda.

Indonesia sendiri tak banyak komik diterjemahkan dan diterbitkan di negara lain, termasuk Asia Tenggara. Kabar terakhir komik best seller 33 Pesan Nabi vol 1 s/d 3 dari Veby Surya Wibawa diterbitkan di Malaysia. Komikus yang lebih dikenal dengan nama Vbi Djenggotten ini kini juga populer di sana. Konon ketiga buku 33 Pesan Nabi sudah menembus cetakan 5.000 ke-3 kalinya. Karya lainnya seperti Islam Sehari-Hari dan 5 Pesan Damai juga ikut diterbitkan Humaira, penerbit Malaysia.

Selain Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura, tidak banyak terdengar kiprah komikus ASEAN lainnya. Baik di lingkungan regional, ataupun negara kiblat komik lainnya.
Mereka mendapat akses ke manca negara melalui berbagai jalan. Sebagian melalui agency atau Deviant Art, sebuah komunitas seni yang memamerkan karya-karyanya secara online. Semacam sarang talenta, begitulah. Para penerbit asing, juga agen dan studio, sering berburu talenta baru di sini. Umumnya ditawarkan ilustrasi sampul, lalu sebuah cerita pendek atau satu episode. Jika respon bagus dan etos kerja baik, ada harapan berlanjut menjadi artis tetap.
Ada juga melalui jaringan penerbit. Komik milik Veby contohnya, didapat karena penerbit Malaysia berkunjung ke salah satu pameran dan tertarik untuk membeli publishing rights. Sedangkan yang lain karena sempat bersekolah di manca negara, dan menggunakan jaringan seniman kampus. Contoh terakhir ini yang dilalui Chris Lie dan Ariela Kristantina.

BAGIAN 3

APA PENGARUH HADIRNYA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015?
Dengan dibukanya tirai perdagangan barang dan jasa, serta tenaga terampil kepada sesama negara anggota ASEAN, persaingan semakin terbuka. Berbagai hambatan tariff dan non-tariff dikurangi (atau mungkin dihapus). Para produsen semakin mudah menjual produknya ke negeri tetangga. Peluang berkarir di negeri tetangga pun terbuka. Sebaliknya Indonesia juga menjadi terbuka akan hadirnya produk dan tenaga terampil sesama ASEAN.

Dalam banyak perbincangan, termasuk yang saya simak dari Prof. Hora Tjitra di radio Brava 103.8 FM Jakarta, umumnya kendala produsen Indonesia adalah standardisasi kualitas produk yang belum berstandar internasional. Kendala lain tentunya jaringan produksi, pemasaran dan distribusi. Ini berbagai masalah pada komoditi benda.

Kendala para tenaga terampil beda-beda tipis. Belum adanya sertifikasi profesi sebagai pengakuan standar internasional, selain tentunya kemampuan bahasa asing, kualitas etos kerja, serta profesionalisme. Yang terakhir ini tidak terbatas pada profesi bergengsi seperti pengacara, akuntan, atau dokter. Namun juga profesi ekonomi kreatif seperti graphic designer, arsitek, koki, pengembang software, penerjemah, awak perhotelan dan travel, dan sebagainya. Artis komik tak terkecuali.

Saya sudah sering mendengar obrolan kiri-kanan dari berbagai komunitas dan industri end-user. Sebagian mengeluhkan etos kerja dan profesionalisme komikus Indonesia. Sering tidak memenuhi deadline, atau kurang tanggap dalam berkomunikasi seperti surat elektronik. Itu dalam ranah bisnis. Sering juga saya mendengar pengelola pameran atau bazaar mengeluhkan booth untuk komunitas dibiarkan kosong. Hanya terisi lembaran-lembaran karya dan informasi, tanpa dihadiri perwakilan komunitas untuk berkomunikasi. Padahal booth disediakan gratis, sedangkan peserta lain (komersial) dikenakan biaya sewa.

Terdengar sederhana memang, tapi etos kerja dan profesionalisme ini menjadi fondasi dari berbagai hal yang berujung pada nama baik dan rezeki. Di Singapura contohnya, profesi awak angkutan umum dan pramusaji banyak diisi keturunan India dan China daratan. Kenapa? Karena warga asli Singapura enggan melakukannya. Di Malaysia banyak pekerja perkebunan diisi warga Indonesia. Kenapa? Karena warga asli Malaysia enggan. Kenapa warga India banyak ditemukan bekerja di Malaysia, Singapura dan Indonesia? Karena mereka mau kerja keras dan etos kerjanya baik.

Jangan sampai karena reputasi buruk, para produsen dan pemberi kerja Indonesia lebih suka memberikan proyek kepada komikus ASEAN lain. Jangan salahkan mereka, namun salahkan diri sendiri.

BAGAIMANA CARA KITA BISA SIAP MENGHADAPI TAHUN 2015?
Meski setiap komikus menemukan jalan ke dunia luar melalui cara berbeda, namun ada beberapa benang merah yang bisa disimpulkan. Sebagian saya kumpulkan dari berbagai sumber seputar tema peluang dan tantangan umum menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015:

11.       Luasnya jaringan (network) relasi. Dengan hadirnya teknologi internet, menjalin komunikasi dengan belahan dunia lain menjadi sangat mudah dan murah. Sepanjang Anda terkoneksi dengan jaringan kabel dan nirkabel, dunia sudah terbuka di depan pintu. Apalagi dengan gadget, dunia sudah terbuka di tangan Anda. Yang perlu dilakukan adalah mulai berkenalan dengan masyarakat, membina komunikasi, dan mencari peluang. Jika sedang ada comic convention, cobalah berkenalan dengan orang baru, terutama non-Indonesia. Cobalah berkomunikasi, dan setelah berpisah komunikasi tetap dipelihara.

22.       Memahami bagaimana industri (komik) berjalan. Terdengar mudah, namun ini sangat sulit. Setiap negara memiliki keunikannya sendiri. Jepang misalnya, sering kali menjadikan komik manga mingguan (atau bulanan) sebagai percobaan. Seorang komikus diberi kesempatan untuk memuat komiknya secara bersambung. Bila respon pembaca minim, komikus diberi kesempatan untuk mengakhiri serial komiknya. Bila respon baik, bukannya tidak mungkin akan dijadikan serial tersendiri. Keunikan industri komik pun di dalam setiap negara bisa berbeda. Katakanlah di Amerika Serikat ada pasar komik strip melalui sindikasi, major publishing, hingga indie/ small publishing. Indonesia pun tidak semuanya seragam.

33.       Memahami selera pasar, membidik pasar yang tepat, dan beredar di pasar yang tepat. Menurut saya ini satu set. Contoh Deviant Art adalah salah satunya. Para artis yang menyasar pasar tertentu akan menyajikan portfolio karya sesuai selera pasar tsb, dan . Para produsen, editor, studio dan agen pasar tsb juga tahu ke mana mereka harus mencari talenta muda. Cari tahu di mana calon pembeli Anda biasa berkumpul dan beredar. Bayangkan saja Anda penjual kambing tapi berjualan di pasar ikan hias. Salah tempat khan?

44.       Optimalisasi social media networking. Sebagian dari Anda mungkin lebih sering posting uneg-uneg politik, curhat, foto selfie, atau foto makanan. Namun Anda dapat menggunakannya secara lebih produktif. Ariela Kristantina menjelaskan bahwa publik dan produsen/ penerbit mulai melebarkan sayap dan mata hingga jaringan media sosial. Blog, podcast, web journal, dan suara publik lain mulai didengar (kritiknya). Berbagai keputusan penting di perusahaan besar mempertimbangkan suara jaringan media sosial. Bakat-bakat baru juga ditemukan melalui social media networking. Baik-buruknya etos kerja Anda pun dengan mudah bisa dilacak dan klarifikasi. Referensi dan prestasi pun bisa melalui networking ini.

55.       Berbahasa asing. Jepang dan China bisa bertahan dengan bahasa nasionalnya. Lalu mengapa kita harus mau berkomunikasi bahasa asing selain bahasa Indonesia? Ya, benar kita harus bangga dengan bahasa sendiri. Namun ketika ingin membuka diri dan mengenal orang lain, bukankah kita dan mereka harus dapat saling mengerti apa yang disampaikan? Jangan malu untuk memulai. Negara-negara tetangga kita juga tidak sesempurna yang kalian bayangkan.

66.       Memahami kebutuhan pasar. Sudah sering kita dengar dan baca sendiri, betapa banyaknya komik Indonesia yang ‘masturbasi’. Maksudnya bagaimana? Komik-komik seperti ini dibuat dan hanya bisa dinikmati diri sendiri, atau kelompoknya. Mulailah untuk mencari tahu selera pembaca, termasuk selera pembaca negeri asing. Bukankah yang akan mengatakan masakan Anda enak itu orang yang mencicipinya? Meski tidak direncanakan, namun contoh diminatinya komik Veby adalah karena tema yang dipahami dan diminati pembaca Malaysia.

77.       Memahami selera pasar tujuan. Peter van Dongen, komikus Rampokan Jawa dan Selebes, bercerita bahwa saat Eropa bernaung di bawah Uni Eropa, tidak mudah bagi mereka saling paham budaya. Ini berlanjut pada gaya hidup, pola pikir, selera, cara kerja, gaya kepemimpinan, values dalam hidup, dan seterusnya. Menurutnya, itu salah satu tantangan bagi para komikus ASEAN. Singkat kata: jika ingin karyanya dikenal, buatlah karya yang dekat dengan budaya pembacanya. Tidaklah mudah sebuah komik dengan cerita latar budaya mudah dipahami oleh budaya lain. Jangankan komik Indonesia dipahami oleh asing. Contoh dari Peter van Dongen di atas adalah refleksi sesama bangsa Eropa pun tidak mudah paham. Indonesia pun tidak mudah memahami humor dan tema Singapura dan Malaysia, meski terhitung bersebelahan.

88.       Mengenal kondisi politik negara tujuan. Beberapa waktu lalu tersebar berita seorang seniman negara tetangga menghadapi tuntutan dari pemerintahnya sendiri. Oleh karena itu cermati dengan baik kondisi politik masing-masing negara, termasuk Indonesia. Apalagi pernah ada masa ketika para seniman Indonesia tidak mudah berekspresi akan kekecewaannya kepada pemerintah.

99.       Memperluas wawasan dan lahirkanlah ide. Sebenarnya merupakan kombinasi dari beberapa butir di atas, ditambah dengan memperluas wawasan. Maksudnya bagaimana? Mulai memperhatikan isyu nasional dan internasional, gunakan beberapa referensi, lakukan penelitian dan observasi, atau sekedar bertukar pikiran dengan rekan. Kelak ide-ide brilian akan lahir.

110.   Tingkatkan kemampuan. Berhubungan dengan eksperimen dan wawasan, namun lebih kepada kemampuan teknis. Misalnya anatomi atau penggunaan alat teknologi. Bisa juga dengan melanjutkan sekolah, sambil menambah relasi. Melalui sekolah (pendidikan formal) ada beberapa manfaat: mendapat networking dan relasi, memperbaiki attitude, culture, dan yang lebih penting, profesionalisme, dedikasi dan etos kerja.

111.   Keluar dari comfort zone. Lakukan hal-hal baru dalam berkarya. Mulai dari pendekatan, teknik, tema cerita, dan lainnya. Lakukanlah eksperimen dan nikmati prosesnya. Tidak usah memikirkan hasilnya. Nikmati saja prosesnya. Berani dalam mengambil risiko (yang tentu saja dengan perhitungan matang). Ciri-ciri manusia yang sulit atau enggan keluar dari comfort zone, adalah mereka yang enggan mengambil risiko.

112.   Meeting new people create new opportunities. Cobalah untuk bergaul dan berkenalan dengan orang-orang dari profesi dan lingkungan berbeda. Coba jajaki berbagai peluang kerja sama. Kadang sebuah ide atau inspirasi lahir berkat pertemuan Anda dengan orang-orang baru. Bahkan bertemu pihak Pemerintah-pun bisa berujung pada datangnya proyek di tangan. Sering saya jumpai komikus Indonesia itu introvert. Minder. Janganlah minder kawan-kawanku.

113.   Lain ladang, lain belalang. Terkait erat dengan pemahaman budaya. Jangan sekali-kali berpikir bahwa kebudayaan bersifat universal. Contohnya, bagi suatu budaya bersendawa itu tidaklah sopan. Namun bagi budaya lain, bersendawa berarti Anda menikmati makanan dan berterima kasih. Bagaimana sebuah budaya menanggapi pertanyaan (atau kritik dan teguran) pun bisa berbeda. Karena itu jangan gegabah dalam berkomunikasi. Apalagi ketika hanya berbalas e-mail. Seringkali perlu klarifikasi ulang maksud atas isinya. Jadilah orang yang sensitif, sekaligus fleksibel dalam menghadapi perbedaan budaya. Sebagai orang Indonesia seharusnya tidak sulit, karena sejak berdirinya negeri ini multi kultur, alias Bhinneka Tunggal Ika.

114.   Etos kerja dan profesional. Bila Anda terlambat deadline, sulit dihubungi, atau selalu menghindar jika ditagih order, bukankah itu membahayakan karir dan masa depan Anda? Percayalah, berita buruk lebih cepat menyebar. Jangankan order dari negara tetangga, dari Kelurahan tetangga pun belum tentu dapat. Budaya kerja itu sangat penting! Apalagi setiap bangsa punya budaya kerja yang kadang berbeda. Etos kerja (di dalamnya termasuk attitude) penting untuk mereka yang ingin survive. Tidak hanya sebagai work for hire, tapi juga menjual diri dari sebuah convention ke convention lain. Dari sini akan lahir fans base. Ariela berpendapat bahwa fans base yang setia dan besar, secara tidak langsung mendukung kelangsungan karir si komikus. Ini adalah hal yang tidak banyak diperhitungkan komikus.

115.   Meeting all the right people. Terdengar klasik memang, tapi siapa diri Anda ditentukan dari siapa teman-teman Anda. Bertemanlah dengan orang-orang yang bisa Anda contoh, panuti, teladani, saling menghormati, bertanggung jawab. Saat membangun karir, Anda sebaiknya juga mulai menjalin koneksi dengan orang-orang yang tepat. Ya betul, tidak sepenuhnya mudah. Apalagi ada faktor intangible, yaitu jodoh.

116.   Lindungi hak cipta karya Anda. Undang-Undang nomor 12 tahun 2009 tentang Hak Cipta sebaiknya Anda baca dan pahami. Dalam UU tsb tertulis jelas dan komprehensif tentang perlindungan atas karya-karya Anda. Pemahaman ini sangat penting karena nantinya Anda akan memahami hak-hak Anda. Ketika membuat surat perjanjian, baca baik-baik dan yakinkan diri sendiri bahwa hak cipta karya Anda terlindungi. Sudah banyak cerita pelanggaran hak cipta kita dengar di negeri ini. Orang yang paling diuntungkan dengan perlindungan hak cipta adalah Anda sendiri. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu mari kini sadar perlindungan hak cipta.

Semoga bermanfaat.
Jakarta, 26 September 2014
Surjorimba Suroto

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR SEJARAH PERANG DUNIA II MELALUI KOMIK

GINA: KETIKA KOMIKUS TURUN GUNUNG

USAI BAHARATAYUDHA