GREEN BOOK (2018)

Setting keadaan dalam film Green Book (2018) adalah keadaan Amerika Serikat di awal dekade 60an, tepatnya tahun 1962. Periode tsb merupakan periode penting di negeri itu. John F. Kennedy sudah menjadi Presiden Amerika Serikat & adiknya, Robert Kennedy, menjabat Jaksa Agung. Beatlemania belum melanda tanah Amerika. Martin Luther King, Jr. sedang memperjuangkan kesamaan hak bagi kaum kulit hitam. Musik soul dan R&B mulai populer melalui label rekaman Motown Records. Rock ‘n roll-nya Chuck Berry juga mulai menjadi anthem, bersanding dengan goyang pinggul dan kaki histeris dari Elvis Presley, serta kegilaan Jerry Lewis bersama pianonya. Periode inilah awal penting kaum kulit hitam berjuang kesetaraan hak, sekaligus jadi inti cerita film Green Book.




Tony Lip (diperankan Viggo Mortensen) adalah seorang keturunan Italia yang profesinya lebih dominan sebagai tukang pukul. Ayah dua putra ini sesungguhnya adalah seorang laki2 yang sangat setia kepada keluarga dan sangat mencintai istrinya, Delores. Dia seorang yang jujur, komitmen kepada janji & tanggung jawab, fair dan realistis. Sebagai seorang warga keturunan dan tinggal di kota besar, dia sudah terbiasa bergaul dengan aneka ras dan kalangan.

Don Shirley (diperankan Mahershala Ali) adalah seorang pianis kulit hitam, berpendidikan musik secara formal di Rusia, menguasai musik klasik, serta mampu berbahasa (setidaknya) bahasa Inggris, Rusia, Italia dan Jerman secara fasih. Doc sudah lama tercabut dari akar budaya kulit hitam. Bahkan tidak membaur dengan mereka, apalagi menjalani adat dan kebiasaan khas kulit hitam. Baginya, dia adalah seorang intelektual dengan martabat tingkat dunia.

Saat Don hendak tour bersama Don Shirley Trio ke selatan Amerika, dia merekrut Tony sebagai supir, crew, asisten, road manager dan bodyguard. Tony bersedia atas tawaran tsb kecuali menjadi pelayan Don. Wilayah perjalanan konser Don Shirley Trio populer dengan anti kulit hitam. Berbeda dengan daerah utara dan pantai Barat-Timur, daerah rute Doc masih sarat diskriminasi ras. Tidak hanya masyarakatnya, namun juga aparat dan pengusaha. Masyarakat ini yang kita kenal dengan istilah ‘red neck’. Untuk tour ini Tony dipercaya Don karena seluruh referensi bermuara padanya. Tony dibekali sebuah buku petunjuk tempat2 yang bisa didatangi dan sebaiknya dihindari kulit hitam. Buku itu berjudul Green Book.

Sepanjang perjalanan penonton akan ikut merasakan derita batin dan fisik yang dialami Don, serta perjuangan Tony menegakkan profesionalisme dan komitmennya. Belakangan Tony memahami bahwa Don bersedia mengambil risiko menjalani tour ke wilayah yang masih diskriminatif untuk meruntuhkan tembok, serta memperjuangkan persamaan hak. Tony sendiri menganggap Don orang gila yang cari mati. Terlepas dari pendapat pribadinya, Tony menunaikan tugasnya meski harus pasang badan dan harga diri demi Don.

Penonton mungkin tak percaya bahwa semua yang dialami kedua tokoh, yang sungguh ada dalam sejarah, terjadi sekitar 50 tahun yang lalu di sebuah negara yang selalu mengkampanyekan kesamaan hak. Namun inilah potret kelam masa lalu bangsa Amerika Serikat, yang jejaknya masih bisa ditemukan hari ini.

Ilustrasi musik menghiasi layar sepanjang film. Komposisi Don Shirley Trio pun unik: piano, bass dan cello. Keberadaan cello memberi warna kontras karena ia bergantian dengan piano menjadi melodi dan rhythm. Umumnya, bila piano menjadi instrumen utama, maka drum akan menemani bass pada barisan rhythm section. 

Musik yang dibawakan juga bukan jazz sebagaimana umumnya musisi kulit hitam mainkan. Juga bukan blues, musik tradisi kulit hitam periode itu. Permainan piano Don Shirley lebih menyerupai fusion jazz dengan musik klasik. Generasi hari ini akan mengelompokkannya ke dalam genre progressive rock atau jazz rock. Anda bisa mendengarkan karya2nya melalui media digital 

Sinematografi Green Book juga luar biasa. Arsitektur & kendaraan periode 60an memenuhi layar, ke mana pun Don & Tony berpergian. Warna cerah bergerak mengikuti arah mata penonton. Keindahan alam midwest & selatan Amerika Serikat terhampar menyertai perjalanan darat Don & Tony, termasuk di dalamnya kehidupan kulit hitam yang umumnya di bawah rata2 dan mendekati garis kemiskinan.


Sungguh layak Green Book mendapatkan nominasi Academy Awards tahun 2019 untuk kategori Best Picture, Best Actor & Best Supporting Actor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR SEJARAH PERANG DUNIA II MELALUI KOMIK

GINA: KETIKA KOMIKUS TURUN GUNUNG

USAI BAHARATAYUDHA