ALL THAT’S LEFT OF YOU (2025)
Film karya sutradara-penulis Cherien Dabis ini menjadi official entry Jordania untuk Academy Awards 2026, kategori Best International Feature (d/h Best Foreign Picture). Dabis juga menjadi aktris pemeran utama di film ini.
Bila penonton prihatin dgn tragedi yg dialami Palestina, serta ingin mendapatkan gambaran apa yg terjadi selama nyaris 80 tahun terakhir, All That’s Left of You ini sangat saya rekomendasikan. Tidak hanya tersingkirnya bangsa Palestina dari tanahnya sendiri & penindasan dari Israh*ll, namun juga berbagai aspek lain seperti aspek psikologis anak2, hilangnya harta, tercerai-berainya anggota keluarga ke penjuru dunia, sulitnya akses medis & obat2an, hidup di kamp pengungsi, hingga berubah wujudnya kota Jaffa menjadi Tel Aviv.
Film diawali dgn pemberian kekuasaan dari Inggris kepada Israh*ll di tahun 1948. Pada periode ini kita melihat bgmn rakyat Palestina direnggut dari rumah, harta, tanah pribadi, keluarganya, hingga harus pergi mengungsi. Sharif, seorang kepala keluarga harus menyaksikan seluruh miliknya direbut. Keluarganya mengungsi. Ia ingin bertahan di Jaffa, meski tahu bangsa Palestina ditinggalkan oleh tetangga negara2 Arab. Iapun ditangkap, dipenjara & dipekerjakan secara paksa. Ia saksikan sendiri warga Israh*ll berpindah menempati rumah2 warga Palestina yg ditinggalkan.
Ketika akhirnya ia dilepas & bergabung dgn keluarganya, hati & mentalnya sudah hancur lebur.
Pindah ke tahun 1988, Sharif sudah sepuh. Istrinya telah lama wafat. Anak2nya sudah dewasa & sebagian pergi menetap di negeri lain. Tersisa Salim, putra bungsunya, dan keluarganya. Istrinya, Hanan, diperankan sutradara Cherien Dabis. Masih melekat dalam ingatan dan perasaan Salim, tragedi yg menimpa ayahnya dan dirinya di tahun 1948. Salim sudah bisa menerima kenyataan bhw kedaulatan Palestina sudah pupus dan life goes on.
Namun tidak begitu dgn Sharif yg kini sudah sepuh. Ia masih bergelora dan tak pernah mau tunduk pada kekuasaan Israh*ll. Figur Sharif yg patriotik ini membekas sangat di hati & pikiran Noor, putra Salim & cucu kesayangan Sharif, yg masih belia. Sekitar usia 7 tahun. Kelak patriotisme Noor mendarah daging & menjadi representasi perlawanan tak henti & putus generasi muda. Kelak ia terluka parah hingga Salim & Hanan harus membawanya ke Haifa untuk operasi.
Apa yg terjadi dgn Noor berikutnya membuat kita bertanya: Apa yg ada di kepala & perasaan masyarakat Israh*ll kini terhadap Palestina, karena kini mereka hidup & tinggal ditinggalkan oleh tetangga tanah pendudukan. Apakah terpikir orang2 yg tersingkir dan terbunuh demi mereka bisa tinggal ditinggalkan oleh tetangga sana? Sanggupkah mereka menjalani hidup setelah tahu sebagian diri mereka berasal dari donasi organ tubuh warga Palestina? Sanggupkah mereka untuk menerima kenyataan bhw mereka hidup dari terbunuhnya orang lain?

Komentar
Posting Komentar